Tinjauan Terhadap Kurikulum Kambium dan Implikasinya Bagi Kurikulum Pembinaan Kerohanian Remaja di Era Pascamodern
Abstract
Pembinaan kerohanian bagi kaum remaja di era pascamodern ini merupakan "pekerjaan rumah" yang tidak mudah untuk dikerjakan. Hal ini disebabkan remaja mengalami perkembangan secara alamiah dari masa kanak-kanak ke dewasa yang berakibat terjadinya banyak perubahan dalam diri remaja. Selain itu, dampak perubahan zaman yang demikian kuat telah mempengaruhi pola berpikir bahkan perilaku remaja. Dengan karakteristik remaja yang demikian, maka tidak mengherankan membina kerohanian remaja menjadi tanggung jawab yang tidak mudah untuk dilakukan. Gereja perlu "putar otak" untuk menggumuli kurikulum yang tepat sehingga efektif dengan karakteristik remaja masa kini yang membutuhkan pembinaan kerohanian berbeda dengan generasi sebelumnya. Jika sudah demikian, gereja tertantang sekaligus terpanggil sebagai "agen" Allah dalam dunia ini untuk membina warga jemaatnya secara khusus remaja guna mengalami pertemuan, pengenalan, dan pertumbuhan secara pribadi dengan Allah. Pembinaan kerohanian dan pengajaran di gereja sudah seharusnya diperlengkapi dengan kurikulum up to date, yang tentunya sesuai dengan kebutuhan remaja dan mengikuti perkembangan zaman. Kehadiran Kambium di antara kurikulum pembinaan kerohanian telah memperkaya kasanah bahan pembinaan yang sudah ada di Indonesia. Harapannya, Kambium dapat menolong gereja atau persekutuan agar secara intensional dan konsisten menjangkau orang-orang yang terhilang. Melalui pembinaan Kambium dapat memuridkan orang-orang yang sudah diselamatkan agar menjadi serupa Kristus. Selanjutnya, murid tersebut pergi dan dapat melipatgandakan murid lainnya sebagai pekerja misi bagi Kristus dan gereja-Nya di tengah dunia. Namun, disadari tidak ada satu bahan pembinaan atau metode pengajaran yang dapat dipergunakan dan sesuai dengan semua gereja, lembaga, atau persekutuan. Demikian pun yang terjadi dengan kurikulum Kambium. Ada beberapa kendala yang dihadapai ketika mengimplementasikan kurikulum tersebut ke dalam kurikulum pembinaan kerohanian remaja. Oleh karena itu, perlu beberapa revisi agar kurikulum Kambium dapat dipergunakan sebagai kurikulum pembinaan kerohanian remaja.