dc.description.abstract | C. S. Lewis merupakan salah satu tokoh apologetika kaum awam di era modern yang dianggap sukses di dalam usaha apologetikanya. Salah satu yang menarik dari metode apologetika Lewis adalah penggunaan intuisi sebagai sumber untuk mengetahui kebenaran tentang Tuhan. Salah satu hal yang berperan penting di dalam pemahaman Lewis mengenai intuisi adalah konsep manusia dan dosa. Lewis percaya bahwa manusia, sebagai ciptaan Tuhan, memiliki kesadaran akan Tuhan. Hal inilah yang membedakan manusia dengan makhluk yang lain. Kesadaran ini tetap ada di dalam diri manusia meskipun manusia telah jatuh ke dalam dosa. Dosa hanya menyebabkan keterbatasan di dalam kesadaran manusia akan Tuhan. Yang dimaksudkan dengan keterbatasan adalah ketidakmampuan manusia untuk memaknai keberadaan Tuhan dengan benar, berdasarkan fakta yang benar dan intuisi yang manusia miliki. Bagi Lewis, ketidakmampuan manusia untuk memaknai dengan benar ini menjadi bagian dari tugas apologetika. Pembelaan iman yang Lewis percayai adalah sebuah usaha untuk menunjukkan kebenaran iman Kristen sebagai kemungkinan terbaik dari segala kemungkinan yang ada. Analisis kritis yang diberikan meliputi dua aspek, yakni konsep intuisi yang dikaitkan dengan keberdosaan manusia, dan penggunaan intuisi dalam apologetika Lewis. Berdasarkan terang kebenaran firman Tuhan, manusia berdosa adalah manusia yang mati, yang tidak dapat memiliki kesadaran yang benar akan Tuhan. Yang dimaksudkan kesadaran adalah keutuhan dari fakta, intuisi, serta pemaknaan. Dari sudut pandang ini, ada perbedaan cara pandang antara pengajaran Alkitab dan Lewis. Analisis kritis yang berkaitan dengan penggunaan intuisi dalam apologetika didasarkan pada pemahaman konsep biblika mengenai apologetika, yang tertuang dalam 1 Petrus 3:15-16. Konsep apologetika Lewis tidak melanggar prinsip-prinsip alkitabiah apologetika. Lebih lanjut, analisis penggunaan juga meliputi keefektifan metode apologetika Lewis di dalam konteksnya. Penggunaan intuisi dalam apologetika Lewis dianggap efektif karena dapat mencapai tujuan apologetika dan juga mendapatkan respons positif dari pembaca (maupun pendengar). Di dalam konteks menjawab tantangan ateisme dan skeptisisme, metode Lewis dinilai berhasil. Hanya, jika metode ini digunakan dalam konteks pluralitas agama, maka metode Lewis ini perlu pelengkap untuk dapat menjawab tantangan pluralitas dan pluralisme yang ada. | en_US |