Show simple item record

dc.contributor.advisorSoeherman, Sylvia
dc.contributor.authorMadilah, Joanna Charis Habelia
dc.date.accessioned2025-09-12T07:22:27Z
dc.date.available2025-09-12T07:22:27Z
dc.date.issued2024-03
dc.identifier.urihttp://repository.seabs.ac.id/handle/123456789/1792
dc.description.abstractDewasa ini banyak orang Kristen, khususnya kaum Injili terjebak pada pemahaman yang kaku akan John Calvin karena mereka mempelajari Calvin hanya dalam ruang pengajaran teologi atau doktrinnya saja, padahal karyanya bukan hanya pada pengajaran teologi, melainkan juga dalam perannya sebagai gembala dan pengajar. Karya Calvin dalam kehidupan terlihat melalui perannya sebagai seorang gembala di kota Jenewa. Calvin menyebut dirinya seorang pengajar di gereja, memahami bahwa seseorang dapat mengenal Tuhan dan memuliakan Tuhan, hanya dengan mempelajari dan memahami Alkitab sebagai firman Tuhan. Iman dan kehidupan seorang Kristen hanya dapat bertumbuh ketika seseorang memahami doktrin-doktrin Kristen yang benar. Melihat kebutuhan ini, Calvin dalam pelayanannya tekun mengkhotbahkan firman, melakukan sakramen, menegakkan disiplin gereja, dan memberikan pelayanan pastoral kepada jemaat di kota maupun desa. Calvin melihat pendidikan penting, yang di dalamnya Alkitab dipelajari dan dipahami oleh setiap orang percaya. Penelitian ini menggunakan metode studi literatur dan bersifat deskriptif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan konsep dan sistem pendidikan John Calvin dalam konteks pelayanannya di kota Jenewa. Konsep pendidikan Calvin lahir dari kerinduan menjadikan kota Jenewa sebagai contoh bentuk dari komunitas Kristen, tempat berlindung bagi kaum Protestan yang tertindas dan pusat pengaruh bagi penyebaran misi Injili. Pendidikan bagi Calvin harus dilakukan melalui pendidikan gereja yang bersama-sama dengan sekolah dan orang tua. Calvin dalam semua pelayanannya termasuk pendidikan melihat tiga tujuan ini, yaitu pendidikan sebagai sarana memuliakan Allah; sebagai sarana pengungkapan kebenaran Allah; dan sarana belajar bagi umat Allah untuk menyembah dan melayani Allah. Bagi Calvin pendidikan merupakan hal yang berfokus pada kehendak yang diorientasikan ulang oleh pemahaman kepada kehendak Kristus. Hal ini bergantung pada kasih karunia Allah dengan pemahaman bahwa semua pengetahuan seharusnya menyatakan Kristus. Oleh sebab itu, belajar adalah proses seumur hidup untuk memahami diri di hadapan Allah, dan memahami Allah sebagaimana Dia menyatakan diri-Nya, yang dapat dilakukan ketika manusia menundukkan diri pada kuasa Roh Kudus. Adapun sistem pendidikan John Calvin diatur oleh Church Ordinance 1541 yang mengatur tugas pendidikan yang dipegang oleh jabatan pendeta dan guru. Pendeta bertanggung jawab melaksanakan pendidikan di gereja melalui pelayanan khotbah, pelaksanaan sakramen, dan disiplin gereja. Adapun, guru bertanggung jawab mendidik orang percaya dalam pemahaman akan iman yang benar melalui sekolah. Jenewa memiliki sekolah yang bernama Akademi Jenewa, yang berdiri pada tahun 1559. Sekolah ini membagi sistem di dalamnya menjadi Schola Privata dan Schola Publika. John Calvin menetapkan kurikulum humanis yang tetap menjadikan Alkitab sebagai sumber utama pengajaran di sekolah. Sekolah memiliki aturan dan kualifikasi yang harus dipenuhi oleh pelajar maupun pengajar dalam upaya menciptakan proses belajar yang efektif.en_US
dc.publisherSekolah Tinggi Teologi SAAT Malangen_US
dc.subjectJohn Calvinen_US
dc.subjectpendidikan Kristenen_US
dc.subjectAlkitaben_US
dc.subjectgerejaen_US
dc.subjectorang tuaen_US
dc.subjectAkademi Jenewaen_US
dc.titleKonsep dan Sistem Pendidikan John Calvin dalam Konteks Kota Jenewaen_US
dc.typeThesisen_US
dc.identifier.nidn2327086901
dc.identifier.kodeprodi77201
dc.identifier.nim20191041551


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record