Pengaruh Karakteristik Pelayanan Remaja terhadap Kedewasaan Iman Siswa SMAK Kalam Kudus Malang
Abstract
Pendidikan Kristen di sekolah tidak hanya bertujuan mengembangkan aspek kognitif siswa, tetapi juga mendewasakan iman mereka. Namun, tidak semua kegiatan kerohanian yang dilaksanakan di sekolah Kristen secara efektif memengaruhi pertumbuhan iman siswa. Fenomena ini menimbulkan pertanyaan penting mengenai sejauh mana faktor-faktor pelayanan remaja berkontribusi terhadap perkembangan iman siswa, serta apakah terdapat faktor dominan yang menjadi prediktor signifikan dalam karakteristik pelayanan remaja. Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini bertujuan untuk melihat seberapa besar kontribusi karakteristik pelayanan remaja terhadap kedewasaan iman di SMAK Kalam Kudus (SKKK) Malang.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode survei terhadap 154 siswa kelas XI dan XII. Data dikumpulkan melalui kuesioner dan dianalisis menggunakan regresi linier berganda untuk menguji hubungan antara variabel independen (karakteristik pelayanan remaja, yang terdiri dari praktik disiplin rohani pribadi, pengaruh teman sebaya, pengaruh orang dewasa, essentials: guidance, encouragement, healing/correction, thinking climate, spiritual gifts, spiritual training, effective religious education: content, process, & leaders, evangelism & service learning, fellowship & friendly/caring climate, empowering leadership, worship) dengan variabel dependen (kedewasaan iman siswa). Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari dua belas variabel prediktor yang dianalisis, hanya dua yang berpengaruh signifikan terhadap kedewasaan iman, yaitu praktik disiplin rohani pribadi (p < 0,001) dan karunia rohani (p = 0,040). Sementara itu, karakteristik pelayanan remaja lainnya yang bersifat wajib, seperti ibadah dan pengajaran agama, tidak menunjukkan signifikansi statistik. Temuan ini menunjukkan bahwa keterlibatan pribadi dalam kehidupan rohani dan pengenalan akan karunia rohani memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap kedewasaan iman dibandingkan relasi sosial atau aktivitas spiritual yang bersifat ritualistik. Hasil ini diharapkan menjadi dasar evaluasi dan pengembangan program pelayanan remaja yang lebih kontekstual dan transformatif di sekolah-sekolah Kristen di Indonesia.