Analisis Naratif 1 Samuel 17 dan Implikasinya terhadap Problem Rendah Diri pada Remaja
Abstract
Rendah diri merupakan perasaan inferior yang dimiliki seseorang mengenai dirinya. Rendah diri membuat seseorang melihat dirinya tidak berharga meskipun sebenarnya ia memiliki kelebihan-kelebihan tertentu. Perasaan rendah diri lazim dialami remaja karena perubahan pada masa pubertas. Namun, perasaan rendah diri ini semakin meningkat pada remaja Gen-Z yang disebabkan oleh beberapa hal, yaitu pandemi COVID-19, meningkatnya penggunaan media sosial, meningkatnya ambisi untuk meraih prestasi dan kesuksesan, serta pengabaian orang tua dalam pengasuhan. Keempat kondisi yang tidak ideal ini membuat remaja Gen-Z lebih rentan tumbuh menjadi pribadi yang rendah diri, yang cenderung menarik diri, menjadi pemalu, penakut, tidak percaya pada kemampuan dirinya, memandang hal-hal negatif dalam dirinya, mudah putus asa, dan cenderung mudah melakukan bunuh diri.
Kondisi tidak ideal ini tidak hanya dialami oleh remaja Gen-Z, tetapi sudah dialami seorang remaja tiga ribu tahun yang lalu, yaitu Daud. Sebagai remaja, ia mengalami banyak kondisi yang tidak ideal di dalam hidupnya, seperti: kesendirian dan sering berada dalam ancaman bahaya diserang binatang buas, berasal dari keluarga sederhana, dipandang rendah oleh keluarganya sendiri dan orang-orang di sekitarnya. Semua kondisi tidak ideal ini memungkinkan Daud untuk tumbuh menjadi remaja yang rendah diri. Namun sebaliknya, ia justru bertumbuh menjadi remaja dengan harga diri yang baik. Hal ini dapat terlihat melalui keberaniannya ketika melawan Goliat. Meskipun masih remaja, belum memiliki pengalaman perang, tidak memiliki senjata yang lengkap, dan tidak memiliki postur tubuh seperti Goliat, ia berani melawan Goliat dengan kepercayaan pada Tuhan bukan pada dirinya sendiri.
Argumen penulis ialah harga diri Daud diperolehnya dari kepercayaannya kepada Tuhan. Hal ini didapat melalui analisis naratif terhadap 1 Samuel 17 untuk melihat sumber harga diri Daud yang sebenarnya, yaitu iman kepada Tuhan. Penulis akan mengawali tulisan ini melalui latar belakang masalah dan fenomena-fenomena rendah diri yang dialami oleh remaja Gen-Z. Kemudian pada bab dua, penulis akan membahas harga diri dari sudut pandang psikologi dan Alkitab, dan juga problem rendah diri pada remaja. Pada bab tiga, penulis akan melakukan analisis naratif pada 1 Samuel 17 untuk melihat lebih jelas kehidupan Daud dan sumber harga dirinya. Pada bab empat, penulis akan membahas implikasi 1 Samuel 17 terhadap masalah rendah diri pada remaja. Pada bab terakhir akan ditutup dengan kesimpulan dan saran bagi penelitian lanjutan.