• Login
    View Item 
    •   STT SAAT Institutional Repository
    • Theses
    • S.Th.
    • View Item
    •   STT SAAT Institutional Repository
    • Theses
    • S.Th.
    • View Item

    Usaha Rekonstruksi Kejadian 16 dalam Hermeneutika Kwok Pui-Lan

    Thumbnail
    View/Open
    Bab 1 (829.0Kb)
    Bab 2 (443.4Kb)
    Bab 3 (505.2Kb)
    Bab 4 (431.7Kb)
    Bab 5 (358.6Kb)
    Date
    2022-04
    Author
    Agatha, Yong Felicia
    Metadata
    Show full item record
    Abstract
    Pascakolonialisme berawal dari ideologi yang menelaah kembali pengaruh dan dampak dari kolonialisme bagi Dunia Ketiga. Pengaruh kolonialisme ini berdampak pada segala bidang masyarakat. Pengaruh kolonialisme memunculkan ketidaksetaraan khususnya antara posisi laki-laki dan perempuan, yaitu perempuan dipandang lebih rendah dan tidak memiliki hak yang setara dengan laki-laki. Kwok Pui-lan, sebagai seorang teolog feminis pascakolonial, melihat bahwa pengaruh kolonialisme terhadap Dunia Ketiga salah satunya dihadirkan melalui ketertindasan para perempuan Asia. Kolonialisme menorehkan rasa sakit pada tubuh perempuan-perempuan Asia melalui kekerasan seksual, pemerkosaan, dan penganiayaan. Untuk memperjuangkan kesadaran akan pembebasan kaum perempuan, Kwok Pui-lan menggunakan metode hermeneutikanya, yaitu imajinasi dialogis, untuk membaca kisah-kisah Alkitab yang berfokus pada cara pandang terhadap gender dan seks. Pada tulisan ini, penulis akan menggunakan imajinasi dialogis tersebut untuk membaca ulang Kejadian 16. Kejadian 16 akan disandingkan dengan kasus perempuan Tionghoa Mei 1998 guna mencari relevansi bagi pembebasan perempuan Asia. Imajinasi dialogis memiliki tiga prinsip, yaitu Alkitab bagi perempuan Asia, menemukan Allah melalui dunia, dan teologi yang membebaskan. Imajinasi dialogis dengan tiga prinsip tersebut akan digunakan dalam empat tahap, yaitu kepekaan terhadap konflik, proses menelaah kembali penindasan sebagai upaya pembebasan, pembentukan identitas baru, dan kesadaran terhadap penindasan. Penggunaan imajinasi dialogis dalam pembacaan ulang Kejadian 16 yang disandingkan dengan kasus perempuan Tionghoa 1998 dalam empat tahap tersebut akan membuktikan bahwa imajinasi dialogis mampu memberikan relevansi bagi pembebasan penindasan perempuan, yaitu kaum perempuan mampu menemukan gambaran diri yang baru dalam Allah, berani menyuarakan penindasan dan kebebasan, serta mampu menolong sesama perempuan keluar dari penindasan.
    URI
    http://repository.seabs.ac.id/handle/123456789/1591
    Collections
    • S.Th.

    Copyright © 2018  STT SAAT
    Contact Us | Send Feedback
    STT SAAT
     

     

    Browse

    All of DSpaceCommunities & CollectionsBy Issue DateAuthorsTitlesSubjectsThis CollectionBy Issue DateAuthorsTitlesSubjects

    My Account

    LoginRegister

    Copyright © 2018  STT SAAT
    Contact Us | Send Feedback
    STT SAAT