Show simple item record

dc.contributor.advisorKonieczny, Richard J.
dc.contributor.authorSinatra, Hadi Susanto
dc.date.accessioned2019-08-22T09:15:42Z
dc.date.available2019-08-22T09:15:42Z
dc.date.issued2019
dc.identifier.urihttp://repository.seabs.ac.id/handle/123456789/643
dc.description.abstractKejatuhan seorang pemimpin gereja (hamba Tuhan) dapat membawa dampak yakni ketidakpercayaan masyarakat terhadap pemimpin gereja. Hal ini nampak dari survei yang dilakukan di luar negeri di mana didapati terjadinya penurunan kepercayaan masyarakat berkenaan dengan kejujuran seorang pemimpin gereja dari tahun ke tahun. Penyebabnya adalah kejatuhan dari seorang pemimpin gereja (masalah etika). Kasus kejatuhan ini ternyata tidak hanya menimpa pemimpin gereja yang ada di luar negeri namun juga terjadi pada hamba Tuhan yang ada di dalam negeri. Berdasarkan data yang penulis dapatkan dari hasil wawancara didapati bahwa setidaknya ada lebih dari sepuluh kasus yang menimpa pemimpin gereja di Indonesia. Itulah sebabnya gereja perlu membuat "pagar-pagar" batas untuk menjaga pemimpin gerejanya (hamba Tuhan) agar tidak mengalami kejatuhan. Pagar-pagar batas inilah yang dinamakan dengan kode etik. Kode etik ini bukanlah etika atau pun juga etiket. Ada perbedaan di antara ketiganya. Jadi apa itu kode etik? Apa perbedaan antara kode etik, etika dan etiket? Sejauh mana kode etik itu dibutuhkan bagi seorang pemimpin gereja? Apa saja penyebab kejatuhan dari seorang pemimpin gereja sampai membutuhkan kode etik? Itulah salah satu hal yang akan dibahas dalam skripsi ini. Disamping itu juga di skripsi ini memberi contoh kasus-kasus kejatuhan hamba Tuhan yang ada di Indonesia yang di dapat dari hasil wawancara dengan beberapa hamba Tuhan senior (termasuk juga di dalamnya hamba Tuhan Konselor). Berdasarkan data dari hasil wawancara itu, penulis dapat menunjukkan seberapa jauh diperlukan oleh sebuah gereja dalam membuat kode etik untuk para pemimpin gerejanya. Di dalam membuat kode etik untuk para pemimpin gereja tentu haruslah berdasarkan pada alkitab. Dengan demikian kode etik yang dibuat akan menghasilkan kode etik yang alkitabiah. Untuk dapat membuat kode etik yang alkitabiah tentunya dibutuhkan prinsip-prinsip etika yang ada di dalam Alkitab. Prinsip-prinsip etika inilah yang dibahas dalam skripsi ini. Di mana melalui prinsip-prinsip etika yang alkitabiah ini diharapkan dapat mengarahkan pada pembuatan kode etik bagi para pemimpin gereja.en_US
dc.publisherSekolah Tinggi Teologi SAATen_US
dc.subjectKode etiken_US
dc.subjectPemimpin gerejaen_US
dc.subjectHamba Tuhanen_US
dc.subjectPrinsip etikaen_US
dc.subjectKejatuhanen_US
dc.titlePrinsip-prinsip Etika yang Muncul dalam Surat 1 Timotius yang Dapat Mengarahkan dalam Pembuatan Kode Etik bagi Para Pemimpin Gereja.en_US
dc.typeThesisen_US


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record