Show simple item record

dc.contributor.advisorKonieczny, Richard John
dc.contributor.authorFebrianto
dc.date.accessioned2019-08-22T07:01:39Z
dc.date.available2019-08-22T07:01:39Z
dc.date.issued2018
dc.identifier.urihttp://repository.seabs.ac.id/handle/123456789/619
dc.description.abstractIndonesia adalah bangsa yang multikultural, terdiri dari berbagai macam suku, etnis, dan agama. Identitas multikultural ini diwadahi oleh Pancasila sebagai agama publik atau ideologi negara yang tidak mengakui sekularisme ataupun fundamentalisme. Dengan kata lain, ideologi ini memungkinkan setiap agama punya kesempatan yang sama untuk tampil dan berkontribusi di ruang publik tanpa tekanan ataupun dominasi tertentu. Namun, sejarah telah menunjukkan goresan kelam dari konflik yang mengatasnamakan agama di negeri ini. Konflik antar agama yang bercampur dengan politik identitas sudah mewarnai ruang publik Indonesia selama beberapa dekade belakangan. Menyikapi hal ini, sebagian orang Kristen di Indonesia ada yang memilih jalan dialog untuk menciptakan kedamaian dan kerukunan. Namun, dialog ini hanya sebatas mencari pengertian bersama dan tidak ada niatan untuk menunjukkan kesaksian Kristen di tengah bangsa. Sebaliknya, kaum injili di Indonesia masih cenderung menarik diri dari ruang publik. Selain itu, belum banyak juga teologi publik yang dikembangkan untuk menjadi dasar praksis orang injili dalam ruang publik di Indonesia. Penulis melihat konsep ciptaan baru menurut N.T. Wright dapat menjadi dasar praksis kaum injili Indonesia. Wright memandang bahwa narasi kematian dan kebangkitan Kristus adalah narasi publik yang menunjukkan dirinya sebagai metanarasi yang mampu menjawab rintihan-rintihan manusia dan bahkan dunia. Dengan kata lain, orang percaya adalah agen-agen kerajaan Allah yang menghidupi vokasi ciptaan baru untuk menghadirkan surga di bumi. Setiap kehidupan orang percaya sedang memerankan adegan dalam narasi publik Allah ini, sehingga eksistensi orang percaya dalam bentuk apapun sedang menegaskan kerajaan Allah yang sudah datang ke dalam dunia. Penulis melihat setidaknya ada tiga area di mana praksis ini bisa dinyatakan, yakni dimensi multikulturalisme, dimensi politik, dan dimensi sosial. Namun, apa yang orang percaya lakukan bagi kerajaan Allah di dunia tetap bergantung sepenuhnya kepada inisiatif Allah yang sudah terlebih dahulu memberikan kuasa-Nya dalam diri orang percaya melalui Roh Kudus.en_US
dc.publisherSekolah Tinggi Teologi SAATen_US
dc.subjectciptaan baruen_US
dc.subjectWright, N. T. (Nicholas Thomas)en_US
dc.subjectteologi publiken_US
dc.subjectruang publiken_US
dc.subjectkaum injilien_US
dc.subjectIndonesiaen_US
dc.titleTinjauan terhadap Konsep Ciptaan Baru menurut N.T. Wright dan Implikasinya bagi Praksis Hidup Kaum Injili dalam Ruang Publik di Indonesiaen_US
dc.typeThesisen_US
dc.identifier.kodeprodi77201
dc.identifier.nim20131041378


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record