Show simple item record

dc.contributor.advisorMamahit, Aileen Prochina
dc.contributor.authorTjahyono, Megawati.
dc.date.accessioned2019-08-22T04:48:31Z
dc.date.available2019-08-22T04:48:31Z
dc.date.issued2019
dc.identifier.urihttp://repository.seabs.ac.id/handle/123456789/609
dc.description.abstractShame merupakan sebuah isu yang jarang terdengar, sementara perannya terhadap kesehatan mental individu cukup besar. Dalam berbagai penelitian empiris, shame dinyatakan berhubungan dengan depresi, kecemasan, bunuh diri, dan gangguan perilaku lainnya. Sering kali shame dikenal sebagai sebuah emosi yang bersifat sementara, namun makna di balik kata ini sesungguhnya lebih dalam. Shame merupakan sebuah emosi yang mengatakan kepada individu bahwa dirinya tidak berharga. Penolakan orang tua dipercaya memberikan kontribusi dalam pembentukan shame ini, sementara school belonging juga dinyatakan berperan dalam fungsi psikologis yang sehat dari siswa. Penulis menduga ada keterkaitan di antara ketiganya yang layak untuk mendapat perhatian lebih lanjut. Penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut: Apakah terdapat hubungan antara penolakan orang tua dengan shame pada remaja SMA? Apakah terdapat hubungan antara school belonging dengan shame pada remaja SMA? Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling yaitu sampel dipilih berdasarkan tujuan penulis untuk meneliti remaja SMA Charis National Academy di Malang dengan karakteristik responden yang telah ditentukan pula. Subjek penelitian adalah seluruh siswa kelas 10-12. Dari 161 angket yang disebarkan di sekolah tersebut, ada 16 data yang tidak dapat digunakan sehingga data yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 145 data. Instrumen yang digunakan untuk mengukur shame adalah Compass of Shame Scale (CoSS) yang diadaptasi dari Donald L. Nathanson, terdiri dari 48 item pertanyaan. Penolakan orang tua diukur dengan menggunakan instrumen Parental Acceptance-Rejection Questionnaire (PARQ) yang dikembangkan oleh Ronald P. Rohner dan terdiri dari 24 item untuk ayah dan 24 item untuk ibu. School belonging diukur dengan menggunakan instrumen Psychological Sense of School Membership (PSSM) dari Carol D. Goodenow, yang terdiri dari 18 item pertanyaan. Analisis data menggunakan metode kuantitatif dengan teknik analisis data menggunakan uji Spearman Rank Correlation untuk mengukur hubungan antara penolakan orang tua dengan shame dan school belonging dengan shame. Hipotesis pertama dari penelitian ini adalah semakin tinggi tingkat penolakan orang tua, maka semakin tinggi pula tingkat shame. Hipotesis kedua adalah semakin tinggi tingkat school belonging, maka semakin rendah pula tingkat shame. Hasil pengolahan data dengan menggunakan program IBM SPSS Statistics 22 memperlihatkan adanya hubungan positif yang signifikan antara penolakan orang tua dengan shame, dan adanya hubungan negatif yang signifikan antara school belonging dengan shame. Dengan demikian, hasil analisis data menunjukkan bahwa kedua hipotesis dalam penelitian ini diterima. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara penolakan orang tua dan school belonging dengan shame di kalangan remaja SMA Charis National Academy di Malang. Semakin tinggi tingkat penolakan orang tua maka semakin tinggi pula tingkat shame, dan semakin tinggi tingkat school belonging maka semakin rendah pula tingkat shame.en_US
dc.publisherSekolah Tinggi Teologi SAATen_US
dc.subjectpenolakan orang tuaen_US
dc.subjectschool belongingen_US
dc.subjectshameen_US
dc.subjectremajaen_US
dc.subjectorang tuaen_US
dc.subjectsekolahen_US
dc.subjectguruen_US
dc.subjectteman sebayaen_US
dc.titleHubungan antara Penolakan Orang Tua dan School Belonging dengan Shame pada Remaja SMA Charis National Academy di Malang.en_US
dc.typeThesisen_US


Files in this item

FilesSizeFormatView

There are no files associated with this item.

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record