Show simple item record

dc.contributor.authorMamahit, Ferry Yefta
dc.date.accessioned2018-05-04T07:58:37Z
dc.date.available2018-05-04T07:58:37Z
dc.date.issued2002-04-01
dc.identifier.issn14417649
dc.identifier.urihttp://repository.seabs.ac.id/handle/123456789/55
dc.description.abstractDalam kekristenan, kasih adalah salah satu kata yang sering menimbulkan kesalahpahaman. Kata ini oleh sebagian orang Kristen sering dipahami secara dikotomis, sebagai kasih ilahi (agape) dan kasih manusiawi (eros). Keduanya sering dibedakan secara ketat, terpisah dan bertentangan satu dengan yang lain, yang satu dianggap baik, sementara yang lain dianggap buruk. Kasih ilahi atau agape, sering dianggap lebih positif, sebagai kasih yang sejati dan mulia. Sebaliknya, kasih manusiawi atau eros sering dianggap lebih negatif sebagai “nafsu berahi,” “seksualitas yang sensual,” atau “cinta“ tanpa makna rohani apapun. Pemahaman dikotomis seperti ini berakibat sangat buruk bagi orang Kristen, karena pengagungan terhadap yang satu biasanya berakibat pelecehan terhadap yang lain. Konsep kasih yang begitu agung dapat menjadi sesuatu atau tidak berarti sama sekali, seperti dikatakan Mildred B. Wynkoop, “It has lost its mooring and stands for ‘what I want’—a most deceptive concept and despotic tyrant.” Agustinus, salah satu arsitek besar kekristenan, adalah teolog yang sangat berminat terhadap topik kasih. Pemahamannya tentang kasih sangat alkitabiah karena, secara umum, ia selalu berusaha membangun teologi dan hikmatnya dengan referensi Alkitab, yang dipercayainya sebagai firman Allah. Tetapi bukan itu saja, ia juga dianggap sebagai orang yang pertama kali mencetuskan pemahaman dikotomis seperti yang sudah disinggung di atas. Itu sebabnya artikel ini, pertama, berusaha untuk mengkaji ulang teologi kasih Agustinus seobjektif mungkin dengan cara mengeksposisi pandangannya tentang topik ini, khususnya melalui karya-karyanya; kedua, berusaha menganalisa secara kritis pandangannya dalam terang pemikirpemikir Kristen modern yang juga concern dengan topik ini, dan tentu saja dalam terang firman Allah. Melalui paparan singkat dalam artikel ini diharapkan perspektif orang Kristen tentang kasih menjadi lebih baik dan tepat, sehingga kasih tidak lagi menjadi kata yang kontroversial dan sering disalahtafsirkan, tetapi sebaliknya, kasih menjadi kata yang dapat dimengerti secara lebih utuh dan lebih bermakna.en_US
dc.publisherSeminari Alkitab Asia Tenggaraen_US
dc.subjectAugustine, of Hippo, Saint, 354-430en_US
dc.subjectLove -- Religious aspects -- Christianity.en_US
dc.titlePolarisasi Dikotomis Agape dan Eros : Suatu Analisa Kritis terhadap Teologi Kasih Agustinusen_US
dc.typeArticleen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record