Show simple item record

dc.contributor.advisorPranoto, Irwan
dc.contributor.authorLokajaya, Christy
dc.date.accessioned2019-01-18T08:38:01Z
dc.date.available2019-01-18T08:38:01Z
dc.date.issued2015
dc.identifier.urihttp://repository.seabs.ac.id/handle/123456789/379
dc.description.abstractPernikahan merupakan lembaga sosial terkecil yang dibentuk oleh Allah mendahului semua lembaga sosial lainnya. Walaupun kecil, lembaga ini begitu penting karena menjadi fondasi dan dasar yang dapat mempengaruhi seluruh aspek kehidupan manusia. Sejak semula, Allah merancang pernikahan yang sehat, di mana setiap individu di dalamnya dapat merasakan dan memenuhi kebutuhan intimasi satu sama lainnya. Bahkan, pernikahan dijadikan Allah sebagai analogi hubungan-Nya dengan umat-Nya. Pernyataan ini dengan jelas tertulis di dalam Efesus 5:32, pernikahan sebagai cermin hubungan Kristus dan jemaat. Akan tetapi, rancangan Allah akan pernikahan menjadi rusak ketika manusia jatuh ke dalam dosa. Manusia menjadi egois, mementingkan dirinya sendiri, dan tidak mau melayani pasangannya sehingga hubungan pernikahan pun menjadi tidak sempurna. Hubungan pernikahan kemudian dilihat seperti hubungan kontrak, yang dapat berakhir dengan perceraian apabila masing-masing individu tidak dapat lagi saling memberikan keuntungan. Dari tahun ke tahun angka perceraian semakin meningkat. Bukan hanya terjadi pada pasangan suami-isteri yang tidak mengenal Allah, namun perceraian juga terjadi pada pasangan Kristen. Perceraian dapat terjadi secara legal, namun juga dapat terjadi secara emosional yang seringkali tidak kelihatan kasat mata. Melalui perceraian, manusia merusak rancangan Allah akan pernikahan, bahkan merusak gambaran kesatuan Kristus dengan jemaat. Ketika pasangan Kristen bercerai, mereka tidak dapat lagi bersaksi dan merepresentasikan hubungan Kristus-jemaat kepada dunia. Salah satu penyebab perceraian adalah kurangnya intimasi pernikahan. Intimasi menyatukan dan meleburkan dua orang menjadi satu, baik dalam aspek seksual, emosional, maupun spiritual. Itu sebabnya, suami-isteri seharusnya menjaga dan meningkatkan intimasi dalam pernikahan mereka. Untuk menjaga dan meningkatkan intimasi dalam pernikahan dibutuhkan suatu usaha dan komitmen yang harus terus-menerus dilakukan. Efesus 5:22-33 merupakan jawaban bagi suami-isteri dalam usaha mencapai dan meningkatkan intimasi pernikahan. Dalam perikop ini, suami-isteri diperintahkan untuk mencontoh relasi Kristus-jemaat yang sarat dengan intimasi. Suami seharusnya mencontoh perilaku Kristus yang mengasihi jemaat; isteri seharusnya mencontoh perilaku jemaat yang tunduk kepada Kristus. Kasih dan tunduk menjadi dasar dalam sebuah hubungan suami-isteri yang tidak dapat ditawar atau dihilangkan untuk merasakan intimasi.en_US
dc.publisherSeminari Alkitab Asia Tenggaraen_US
dc.subjectMarriage -- Religious aspects -- Christianity.
dc.subjectIntimacy (Psychology) -- Religious aspects -- Christianity.
dc.subjectMarried people -- Religious life.
dc.subjectperceraianen_US
dc.subjectkasihen_US
dc.titleKonsep Intimasi Kristus Dengan Jemaat-Nya Sebagai Analogi dari Pernikahan Berdasarkan Efesus 5:22-33 dan Implikasinya untuk Menjaga Intimasi Pernikahan Kristen.en_US
dc.typeThesisen_US
dc.identifier.nidn2315127401
dc.identifier.kodeprodi77103
dc.identifier.nim20121050196


Files in this item

FilesSizeFormatView

There are no files associated with this item.

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record