Show simple item record

dc.contributor.advisorTanusaputra, Daniel Nugraha
dc.contributor.authorJayaprayoga, David Yonathan
dc.date.accessioned2019-01-17T01:00:02Z
dc.date.available2019-01-17T01:00:02Z
dc.date.issued2014
dc.identifier.urihttp://repository.seabs.ac.id/handle/123456789/372
dc.description.abstractKejatuhan pemimpin Kristen tidak hanya terdapat dalam Alkitab tetapi juga terjadi pada masa kini. Kejatuhan ini memiliki dampak yang fatal dan mendapatkan sorotan tajam dari dunia, karena tidak hanya berpengaruh buruk bagi diri sendiri, tetapi juga bagi kekristenan. Dari kejatuhan pemimpin Kristen didapati bahwa kepemimpinan mereka tidak memperhatikan dan tidak menghidupi makna kepemimpinan Kristen sesungguhnya, yaitu memuliakan Allah. Akhirnya mereka didapati tidak menjaga kualitas hidup mereka, sehingga mereka terjatuh dalam kesombongan yang tidak hanya dibenci oleh Allah, tetapi juga terjatuh dalam kesombongan sebagai sisi gelap kepemimpinan yang membawa kepada lembah kegelapan dosa. Kesombongan merupakan tindakan yang dibenci oleh Allah, bahwasanya kesombongan merupakan dosa yang telah mengeluarkan, mendongkel Allah dari takhta kehidupan manusia dan menggantinya dengan tahta diri. Manusia meninggikan dirinya lebih dari Allah dan merendahkan orang lain. Kesombongan merupakan pemberontakan terhadap Allah, karena hatinya dipalingkan dari Allah. Dosa kesombongan telah ada sejak manusia diciptakan, dan kejatuhan manusia sebagai pemimpin pertama menunjukkan adanya kesombongan yang menguasai hati manusia. Kesombongan duduk dengan manis dan siap menerkam keluar jika tidak diwaspadai dengan pertolongan dari Allah. Petrus dalam 1 Petrus 5:5-6 menyadari betapa berbahayanya kesombongan bagi kehidupan pemimpin Kristen. Petrus menasihati para pembacanya untuk tidak terjatuh dalam dosa kesombongan, karena hukuman Allah menanti bagi mereka yang sombong. Sebaliknya Petrus menasihati mereka untuk hidup dengan mengenakan kerendahan hati. Melalui perjalanan rohani, seorang pemimpin Kristen dibawa kepada perjalanan yang panjang dan menyakitkan untuk memulihkan diri dari dosa kesombongan. Pemulihan ini hanya dapat terjadi dengan terbuka kepada Allah, mengevaluasi diri, dan mengaku bahwa diri adalah ciptaan, kecil di hadapan Allah yang besar dan berkuasa. Melalui perjalanan rohani, hati seorang pemimpin dimurnikan kembali untuk dapat mengenakan kerendahan hati dan dimampukan untuk memimpin dan melayani, supaya orang lain menemukan Allah, mengalami perubahan dan nama Allah dipermuliakan. Kepemimpinan Kristen sudah seharusnya yang pertama dan terutama hanya membawa kemuliaan Allah, karena kemuliaan adalah milik Allah.en_US
dc.publisherSekolah Tinggi Teologi SAATen_US
dc.subjectKesombonganen_US
dc.subject1 Petrus 5:5-6en_US
dc.subjectPemimpin Kristenen_US
dc.subjectSisi gelapen_US
dc.subjectRendah hatien_US
dc.subjectPerjalanan Rohani.en_US
dc.subjectChristian leadership.en_US
dc.subjectLeadership -- Religious aspects -- Christianity.en_US
dc.titleKonsep Kesombongan Menurut 1 Petrus 5:5-6 dan Implikasinya bagi Pemimpin Kristen yang Bergumul dengan Sisi Gelap Kehidupannya.en_US
dc.typeThesisen_US


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record