Show simple item record

dc.contributor.authorSulistio, Thio Christian
dc.date.accessioned2018-05-02T09:18:35Z
dc.date.available2018-05-02T09:18:35Z
dc.date.issued2001-04-01
dc.identifier.issn14417649
dc.identifier.urihttp://repository.seabs.ac.id/handle/123456789/33
dc.description.abstractSalah satu lagu George Harrison, anggota kelompok The Beatles yang terkenal, berjudul “My Sweet Lord.” Salah satu kalimat pada bagian refrainnya berbunyi: “I really want to know you, Lord, but it takes so long.” Kalau kita simak, pada latar belakang lagu ini terdengar paduan suara menyanyikan “Halleluyah.” Jika didengar sepintas lalu, lagu ini memberikan kesan seolah-olah lagu Kristen. Tetapi jangan keliru, karena Halleluyah ini kemudian berubah menjadi “Hare Krishna, Krishna, Krishna,” lalu nama dewa-dewa orang India muncul. Lagu ini menunjukkan ciri khas pemikiran kebanyakan orang pada masa kini. Mereka percaya bahwa agama-agama adalah jalan menuju Allah. Kemajemukan agama adalah fakta yang telah lama kita jumpai. Namun pada masa kini fakta kemajemukan agama bukan hanya sesuatu yang diterima tetapi juga dianggap baik, bahkan perlu dijaga, sebagaimana dikemukakan oleh Lesslie Newbigin: Kita sudah terbiasa mengatakan bahwa kita hidup di dalam masyarakat yang majemuk—bukan hanya masyarakat yang pada kenyataannya majemuk dalam bermacam-macam kebudayaan, agama, dan gaya hidup, tetapi juga majemuk dalam arti bahwa kemajemukan ini dirayakan sebagai perkara yang disepakati dan dihargai. Di sini kita perlu membuat perbedaan antara pluralisme agama sebagai sebuah fakta dan pluralisme agama sebagai suatu ideologi. Pluralisme sebagai suatu ideologi adalah suatu kepercayaan bahwa pluralisme ini didukung serta diinginkan, dan bahwa klaim-klaim normatif yang berbau imperialistik serta bersifat memecah belah perlu dibuang. Salah seorang tokoh pluralisme agama yang cukup terkenal adalah John Hick, yang membangun suatu pluralisme hipotetis yang cukup solid dan komprehensif. Artikel ini adalah sebuah dialog kritis terhadap pandangan Hick, khususnya mengenai metodologi, epistemologi, pandangannya tentang Yang Real (The Real), dan konsep keselamatannya. Sistematika penulisan artikel ini adalah sebagai berikut: Pertama, akan dibahas perjalanan spiritual Hick hingga ia sampai pada teologi pluralisme agamanya, dilanjutkan dengan pemaparan Hick mengenai masalah hubungan antara kekristenan dan agama lain di dalam sejarah agama Kristen. Bagian berikutnya akan mengulas metodologi, epistemologi, Yang Real serta konsep keselamatan menurut Hick. Selanjutnya adalah dialog kritis terhadap metodologi, epistemologi, konsep tentang Yang Real dan konsep keselamatan Hick. Bagian terakhir merupakan pembelaan atas keberatan Hick terhadap pandangan partikularisme.en_US
dc.publisherSeminari Alkitab Asia Tenggaraen_US
dc.subjectPluralism -- Religious aspects -- Christianityen_US
dc.subjectReligious pluralism -- Christianity.en_US
dc.subjectHick, John, 1922-2012en_US
dc.titleTeologi Pluralisme Agama John Hick : Sebuah Dialog Kritis dari Perspektif Partikularisen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record