Menjawab Persoalan Teologis Tentang Konsep dan Praktik Kesembuhan Ilahi
Abstract
Kesembuhan ilahi adalah salah satu dari sekian banyak isu dalam kekristenan yang tetap hangat untuk dibicarakan. Isu ini masih tetap relevan, populer dan “tidak ada matinya.” Dalam menanggapinya, orang-orang Kristen telah terbagi-bagi menjadi beberapa kelompok. Ada yang bersikap acuh tak acuh terhadap praktik kesembuhan ilahi, mungkin karena ketidaktahuan tentang konsep dan praktik terhadap hal tersebut atau memang tidak mau terlibat di dalam polemik yang berkepanjangan. Ada sebagian yang pro terhadap praktik ini dan begitu bersemangat menerima dan mempromosikannya. Mereka percaya bahwa praktik ini masih berlangsung dan harus terjadi sampai saat ini. Di pihak lain, ada juga sebagian yang bersikap kontra. Mereka menolak bahkan melarang praktik tersebut dilakukan di dalam lingkup jemaat dengan alasan “karunia” untuk menyembuhkan dan fenomena penyembuhan ilahi sudah berhenti sejak zaman para rasul. Yang menarik, berbagai gereja dalam lingkungan injili pun telah terbagi-bagi dalam ketiga posisi di atas Realita yang demikian telah menimbulkan persoalan teologis di dalam kekristenan, dengan pertanyaan utama, manakah posisi yang paling benar? Tulisan ini tidak sedang menempatkan diri dalam salah satu posisi di atas, tetapi mencoba menjawab persoalan tersebut dengan berefleksi secara lebih kritis terhadap berbagai posisi tersebut. Tulisan ini akan menjawab pertanyaan di atas dengan cara menguji setiap pandangan dalam dua aspek utama: prasuposisi di balik konsep dan praktik kesembuhan ilahi serta metode penafsiran (prinsip-prinsip pemahaman Alkitab) terhadap teks-teks kesembuhan.