Show simple item record

dc.contributor.authorMamahit, Ferry Yefta
dc.date.accessioned2022-07-22T04:00:13Z
dc.date.available2022-07-22T04:00:13Z
dc.date.issued2017
dc.identifier.urihttp://repository.seabs.ac.id/handle/123456789/1518
dc.description.abstractParadigma misi evangelikal sering dipahami secara sempit, bersifat salvific. Artinya, misi yang hanya menekankan usaha penginjilan dengan cara mengonversi (menobatkan) atau menyelamatkan “jiwa-jiwa yang terhilang,” orang-orang yang belum percaya kepada Yesus Kristus. Ada dua alasan umum di balik penekanan yang demikian: pertama, tafsir misiologis terhadap beberapa teks Alkitab (Mat. 28:19-20; Mrk. 16:15; Kis. 1:8) yang, menurut Joel Nichols, berbicara soal “ekspansi misi Kristen yang masif ke seluruh dunia;” dan, kedua,pengaruh teologi dispensasional, khususnya eskatologi yang menekankan percepatan kedatangan kerajaan 1000 tahun (kerajaan milenial Kristus yang hurufiah) melalui proyek-proyek pemenangan jiwa atau penginjilan yang agresif, seperti yang disinyalir oleh Andrew Bush. Karena itu, misi evangelikal telah distigma sebagai salah satu dari varian-varian misi Kristen yang agresif, dikotomis, sempit dan tidak mengubahkan. Pertanyaannya, apakah benar demikian? Meski ada beberapa fakta dan data pendukung, pemahaman di atas tampaknya tidak sepenuhnya benar dan perlu diubah. Perjanjian Lausanne 1974 telah menggeser paradigma misi evangelikal, dari misi yang bersifat parsial, sempit dan kurang berdampak transformatif menjadi lebih utuh, luas dan mengubahkan. Argumentasi utama tulisan ini adalah bahwa perjanjian ini sesungguhnya telah merevitalisasi misi evangelikal. Perjanjian Lausanne telah membawa misi evangelikal bergerak dalam sebuah trayektori yang berusaha mencari titik keseimbangan di dalam idealisme misi Allah (missio Dei) itu sendiri. Hal ini menegaskan apa yang dikatakan Rose Dowsett bahwa orientasi misi evangelikal pasca Perjanjian Lausanne adalah misi yang terpadu (integral mission),” yang mengintegrasikan penginjilan, pelayanan dan tindakan sosial secara bersamaan. Penjelasan dan diskusi argumentasi tersebut akan diuraikan dalam tiga sub-tema utama: retrospeksi, revitalisasi dan relevansi.en_US
dc.publisherATI Annual Meeting, Malang
dc.subjectLausanneen_US
dc.subjectMissionsen_US
dc.subjectEvangelcalsen_US
dc.titlePerjanjian Lausanne 1974: Revitalisasi Missio Dei Evangelikalen_US
dc.typeArticleen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record