Show simple item record

dc.contributor.advisorAditia, Surjanto
dc.contributor.authorRantung, Rovaldo V. H.
dc.date.accessioned2022-07-01T02:31:44Z
dc.date.available2022-07-01T02:31:44Z
dc.date.issued2021-01
dc.identifier.urihttp://repository.seabs.ac.id/handle/123456789/1502
dc.description.abstractMusik gereja adalah seni yang fungsional. Sebagai seni yang fungsional, musik gereja diusahakan untuk melayani tujuan Allah dan gereja-Nya, khususnya ekspresi korporat gereja di dalam ibadah, persekutuan, dan misinya. Akan tetapi, di dalam melayani tujuan tersebut, musik seringkali menjadi gangguan karena membawa pendengarnya kepada keindahan musik itu sendiri. Keindahan musik tak dapat dimungkiri dapat menutupi kata-kata yang disampaikan dan mengalihkan fokus kepada musik itu sediri. Musik memiliki kekuatan yang dapat menggerakan manusia dengan menyentuh perasaan mereka. Kekuatan ini dapat dipakai untuk membawa orang mendekat kepada Allah atau sebaliknya, semakin menjauh dari Allah. Hal ini membuat John Calvin enggan menggunakan musik di dalam ibadah. Ia sendiri tidak menyetujui penggunaan alat musik di dalam ibadah. Pada tahun 1586, sebuah kolokium diadakan di Mömpelgard antara Jacob Andreae, pembantu rektor Universitas Lutheran di Tübingen, dan Théodore Beza, professor Reform Genewa. Salah satu topik yang didiskusikan adalah tempat musik instrumental dan polifoni di dalam gereja. Beza menanggapi bahwa musik yang dapat menggerakan jiwa kepada Tuhan adalah musik yang memiliki kata-kata yang dapat dimengerti dengan jelas, yang tentu bukan musik instrumental atau musik polifoni. Menurut Beza, musik instrumental tidak dapat dipakai di dalam ibadah karena tidak memiliki kata-kata sama sekali. Tujuan dari penelitian ini adalah meninjau kembali penggunaan musik di dalam ibadah berdasarkan prinsip penggunaan musik yang tercatat di Alkitab. Selanjutnya membawa prinsip tersebut ke dalam penggunaan musik instrumental sehingga dapat dipakai di dalam ibadah. Hal ini membantu jemaat dan pelayan Tuhan, khususnya musisi gereja untuk memahami dasar penggunaan musik instrumental, tujuannya, dan metode penggunaannya. Penelitian ini menggunakan metode kepustakaan. Penelitian ini berusaha membuktikan bahwa musik instrumental, meskipun tidak ditampilkan, dapat menyampaikan pesan Firman Tuhan di dalam ibadah. Musik instrumental dapat dipakai sebagai media penyampaian Firman Tuhan di dalam ibadah dengan metode-metode tertentu dan dalam batasan-batasan tertentu.en_US
dc.publisherSekolah Tinggi Teologi SAAT Malangen_US
dc.subjectmusik instrumentalen_US
dc.subjectibadahen_US
dc.subjectmedia penyampaian firman Tuhanen_US
dc.subjectalat musiken_US
dc.titleMusik Instrumental Sebagai Media Penyampaian Firman Tuhan Di Dalam Ibadahen_US
dc.typeThesisen_US
dc.identifier.nidn2316098301
dc.identifier.kodeprodi77201
dc.identifier.nim20161041474


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record