Show simple item record

dc.rights.licenseAttribution-NonCommercial-NoDerivs 4.0
dc.contributor.authorLukito, Daniel Lucas
dc.date.accessioned2018-05-11T06:08:18Z
dc.date.available2018-05-11T06:08:18Z
dc.date.copyright2007
dc.date.issued2007-04
dc.identifier.issn14417649
dc.identifier.urihttp://repository.seabs.ac.id/handle/123456789/146
dc.description.abstractSuatu kali seorang rekan hamba Tuhan yang sedang bertamu bercerita kepada saya. Ia mengatakan bahwa di sebuah sekolah tinggi teologi yang berlatar belakang ekumenikal (ia menyebutkan nama STT yang dimaksud) beberapa waktu yang lalu tiba-tiba seorang mahasiswa teologi di sana mengalami “lawatan ilahi” berupa kemampuan berbahasa roh atau glosolalia secara mendadak. Bagi saya, ini adalah fenomena yang tentunya menarik untuk dikaji, sebab hal itu terjadi di kalangan yang lebih sering membicarakan teologi 3B (Bultmann, Barth, Brunner), atau teolog-teolog 3A (Asia, Afrika, Amerika Latin), dan jarang membahas (apalagi mempraktikkan) karunia berbahasa roh. Jikalau tiba-tiba mahasiswa teologi dari STT yang berlatar belakang karismatik ber-glosolalia, itu sih bukan headline news karena hal itu adalah sebuah “aktivitas” yang umum di kalangan mereka, bahkan mungkin saja sudah menjadi “makanan” sehari-hari. ... Apakah betul bahwa bila kita menemukan suatu hasil atau result atau akibat yang baik, atau sesuatu yang supranatural, dapat secara langsung kita kaitan bahwa itu adalah lawatan yang ilahi? Apakah jikalau seseorang disembuhkan pasti selalu disembuhkan oleh Allah di dalam Kristus? Apakah kalau seorang Kristen menjadi sukses, kaya, makmur atau sejahtera, itu pasti selalu dapat dikaitkan sebagai pekerjaan Tuhan? Apakah kelancaran, pengalaman selalu terhindar dari bahaya dan mengalami mujizat adalah selalu merupakan tanda seorang yang rohani yang selalu dituntun atau diberkati oleh Tuhan? Apakah kalau ada orang yang memiliki kasih yang luar biasa, seperti misalnya agama Buddha Tzu Chi dari Taiwan (yang juga giat melakukan banyak aktivitas di Jakarta, Bandung, Surabaya, dan banyak tempat di Indonesia delapan tahun belakangan ini), yang melakukan perbuatan karitatif (membangun sekolah, memberikan pengobatan medis gratis, menolong orang-orang yang cacat atau kanker, memberikan bantuan gratis pada korban bencana, dan menyembuhkan penyakit-penyakit tertentu di dalam masyarakat) adalah tanda bahwa itu adalah sesuatu yang rohani dan merupakan sesuatu yang berasal dari Tuhan? ... Singkatnya, jikalau hasil atau akibat dari suatu hal itu positif, maka kesimpulannya adalah itu dari Tuhan; jikalau hasil atau akibat yang dialami seseorang adalah negatif, maka itu tanda bahwa orang itu tidak disertai oleh Tuhan. Jalan pemikiran tersebut perlu dikaji ulang, khususnya di dalam artikel ini saya mengajak kita memikirkannya dari sudut atau terang firman Tuhan, khususnya 1 Yohanes 4:1-6, di mana khususnya pada ayat 1 dikatakan demikian: “Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah percaya akan setiap roh, tetapi ujilah roh-roh itu apakah mereka berasal dari Allah; sebab banyak nabi-nabi palsu yang telah muncul dan pergi ke seluruh dunia.” Melalui perikop ini saya mengajak kita melihat beberapa kriteria berdasarkan firman Tuhan tersebut, yaitu kriteria untuk membedakan roh. Kita akan melihat apakah fenomena lawatan ilahi itu selalu bisa kita asosiasikan dengan jalan pemikiran pragmatis seperti di atas tadi.en_US
dc.publisherSeminari Alkitab Asia Tenggaraen_US
dc.rights.urihttps://creativecommons.org/licenses/by-nc-nd/4.0/
dc.subjectHoly Spiriten_US
dc.titleFenomena Lawatan Ilahi di Bawah Terang Kriteria Membedakan Rohen_US
dc.typeArticleen_US
dc.rights.holder2006 by Veritas: Jurnal Teologi dan Pelayanan. All rights reserved.


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record

Attribution-NonCommercial-NoDerivs 4.0
Except where otherwise noted, this item's license is described as Attribution-NonCommercial-NoDerivs 4.0