Show simple item record

dc.contributor.advisorSuhendra, Junianawaty
dc.contributor.authorRuslanto, Sija
dc.date.accessioned2022-02-23T09:07:20Z
dc.date.available2022-02-23T09:07:20Z
dc.date.issued2020-02
dc.identifier.urihttp://repository.seabs.ac.id/handle/123456789/1435
dc.description.abstractHasil survei terhadap anak-anak yang religiositasnya tinggi menunjukkan bahwa peran orang tua berpengaruh paling tinggi terhadap mereka. Tetapi sayang, hasil survei secara umum juga menunjukkan bahwa kebanyakan orang tua tidak sering berdiskusi dengan anak-anak tentang hal-hal rohani. Tampaknya orang tua menyerahkan tugas mendidik kerohanian anak-anak kepada gereja, padahal firman Tuhan di Perjanjian Lama memberikan perintah kepada orang tua untuk mendidik anak-anak mereka. Pada pertengahan abad ke-20, para peneliti mulai menyoroti peran ayah secara khusus, dan mendapati bahwa peran ayah dalam mendidik anak-anak sangat penting sebab mendatangkan pengaruh yang sangat positif bagi anak-anak. Kitab terakhir Perjanjian Lama, yaitu Maleakhi, menunjukkan bahwa Allah sangat memperhatikan relasi ayah dengan anak. Sehubungan dengan hal itu, para pakar keluarga Kristen pun menulis buku-buku untuk menolong para ayah agar dapat berperan dengan baik. Walaupun peran ayah sangat penting, namun hasil penelitian terkini menunjukkan bahwa peran ibu dalam hal rohani lebih menonjol bagi anak-anak dan religiositas ibu lebih baik daripada ayah. Orang Yahudi adalah umat yang begitu dekat dengan masa-masa diterimanya firman Tuhan, khususnya perintah bagi peran orang tua dalam mendidik anak-anak. Sejarah pendidikan mereka menunjukkan bahwa pendidikan mereka sangat fokus pada firman Tuhan dan fokus pada institusi keluarga. Setelah terjadinya pembuangan, orang-orang Yahudi bahkan semakin giat mempelajari Kitab Suci dan semakin semangat untuk mengajarkannya kepada anak-anak mereka. Bahkan, mereka memberi penekanan kepada peran ayah dalam mendidik kerohanian anak-anak. Banyak kebiasaan yang mereka lakukan di dalam keluarga untuk tujuan tersebut. Orang Kristen pada masa gereja mula-mula juga sama seperti itu, mereka masih fokuskan pendidikan anak-anak pada Kitab Suci dan pada keluarga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsep pendidikan seperti itu sesuai dengan pengajaran Rasul Paulus. Sebagai implikasinya, gereja masa kini harus memperhatikan hal tersebut dan menolong jemaat untuk mengerti dan menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Gembala gereja harus menolong para ayah bangkit dan berperan dalam mendidik anak-anak sesuai Kitab Suci, serta mengantisipasi hal-hal yang mungkin menjadi kesulitan di dalamnya.en_US
dc.publisherSekolah Tinggi Teologi SAAT Malangen_US
dc.subjectperan ayahen_US
dc.subjectpendidikan anaken_US
dc.subjectorang Yahudien_US
dc.subject2 Timotius 3:14-17en_US
dc.subjectEfesus 6:1-4en_US
dc.titleTinjauan terhadap Peran Ayah di dalam Pendidikan Anak dalam Sejarah Orang Yahudi setelah Masa Pembuangan sampai Masa Gereja Mula-Mula (Tahun 586 SM – 380 M)en_US
dc.typeThesisen_US
dc.identifier.kodeprodi77201
dc.identifier.nim20151041440


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record