Show simple item record

dc.contributor.advisorSulistio, Thio Christian
dc.contributor.authorWendy
dc.date.accessioned2022-02-17T01:44:24Z
dc.date.available2022-02-17T01:44:24Z
dc.date.issued2020-03-18
dc.identifier.urihttp://repository.seabs.ac.id/handle/123456789/1412
dc.description.abstractTeknologi yang terus berkembang berdampak pada penggunaan yang dulunya hanya digunakan untuk terapi, sekarang digunakan ke arah peningkatan kapasitas manusia (enhancement). Peningkatan dilakukan dengan cara memodifikasi natur manusia, kapasitas, maupun fisiknya. Caranya bisa dengan mencampur tubuh fisik dengan robot atau komputer, atau dengan meninggalkan tubuh fisik sepenuhnya dan hidup dalam dunia digital. Kemampuan teknologi ini dilihat sebagai sebuah jalan yang mendukung tujuan sekelompok orang yang menginginkan peningkatan manusia secara radikal, yaitu transhumanisme. Menurut transhumanisme, manusia berhak untuk berevolusi karena itu adalah hak masing-masing individu. Transhumanisme adalah sebuah pergerakan budaya dan filosofi kehidupan. Transhumanisme melihat manusia sebagai hasil dari proses evolusi. Oleh karena itu, manusia saat ini harus terus berevolusi untuk mencapai kondisi yang disebut dengan pascamanusia. Pascamanusia adalah kondisi manusia yang tidak dapat mengalami penyakit, kemiskinan, bahkan kematian. Ketiga keterbatasan ini dipandang sebagai sebuah keterbatasan yang tidak harus dialami oleh manusia. Ketiga hal ini adalah kesalahan teknis, sehingga memiliki solusi teknis juga, yaitu dengan bantuan teknologi yang maju. Tujuan akhir mereka adalah hidup lebih panjang atau abadi untuk dapat menikmati kebahagiaan yang lebih dan tidak terbatas. Tujuan utama dari tulisan ini adalah memberikan tinjauan teologis terhadap pandangan transhumanisme. Hipotesis tulisan ini adalah pandangan transhumanisme berlawanan dengan doktrin manusia menurut perspektif reformed. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan model penelitian kepustakaan. Penulis menggunakan sumber-sumber utama dari tokoh-tokoh transhumanisme. Penulis juga akan menggunakan sumber-sumber teologi sistematika dari penulis-penulis reformed. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pandangan transhumanisme mengenai asal usul manusia, realita dan kondisi kehidupan, dan solusi transhumanisme tidak sesuai dan bertentangan dengan doktrin manusia sebagai gambar dan rupa Allah dari perspektif reformed. Implikasi dari penelitian ini adalah, sebagai orang Kristen, kita perlu berhati-hati dan kritis di dalam menggunakan teknologi karena teknologi membentuk dan mendorong manusia pada tujuan tertentu. Jika tujuan tersebut membawa manusia menjauh dari tujuan utama Allah menciptakan manusia, maka kita harus menolak atau mengurangi penggunaan tersebut.
dc.publisherSekolah Tinggi Teologi SAAT Malang
dc.subjectteknologi
dc.subjectenhancement
dc.subjecttranshumanisme
dc.subjectpascamanusia
dc.subjectdoktrin manusia
dc.subjectgambar dan rupa Allah
dc.subjectperspektif reformed
dc.titleKajian Transhumanisme Menurut Doktrin Manusia Sebagai Gambar Dan Rupa Allah Dari Perspektif Reformeden_US
dc.identifier.kodeprodi77101
dc.identifier.nim20161050258


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record