Show simple item record

dc.contributor.advisorMaleachi, Martus Adinugraha
dc.contributor.authorSaloh, Hanny Diyeni
dc.date.accessioned2021-05-10T02:28:46Z
dc.date.available2021-05-10T02:28:46Z
dc.date.issued2020-07
dc.identifier.urihttp://repository.seabs.ac.id/handle/123456789/1377
dc.description.abstractCalvin membagi Taurat menjadi tiga divisi yaitu seremonial, sipil dan moral sebagai upaya memberikan relevansi bagi orang Kristen. Hukum Seremonial adalah aturan-aturan yang berkaitan dengan keimaman Harun dan hal-hal lainnya yang berkaitan dengan ibadah. Hukum sipil adalah aturan-aturan yang mengatur komunitas Israel sebagai suatu bangsa. Hukum moral adalah tanggung jawab paling mendasar kepada Allah dan sesama manusia yang bersifat permanen bagi orang Kristen. Hukum seremonial dianggap telah dibatalkan melalui Kristus, sementara hukum sipil dinilai tidak berlaku lagi karena khusus ditujukan kepada bangsa Israel. Pembagian tersebut menimbulkan natur ketidaksinambungan dan kesulitan dalam menerapkan Taurat kepada orang Kristen. Melihat persoalan tersebut, tujuan penulisan ini adalah untuk membuktikan bahwa Taurat adalah kitab yang tidak dipisah dan dibagi, melainkan satu kesatuan dari kitab suci. Taurat memiliki nilai kesinambungan bagi orang Kristen masa kini sehingga gereja dapat kembali menghadirkannya ke dalam khotbah dan pengajaran secara utuh. Penulis menggunakan pendekatan paradigmatik, yaitu metode eksegesis yang memakai teks Taurat sebagai model atau pola untuk diterapkan pada kasus lain dalam situasi yang berbeda, tetapi prinsip dasarnya tidak berubah. Pendekatan ini menekankan kesinambungan Taurat sehingga dapat digunakan untuk menyelidiki teks-teks yang dianggap telah dibatalkan dan tidak berlaku lagi. Dalam penelitian ini, metode ini digunakan untuk menganalisis teks Ulangan 22:8 perihal membuat pagar sotoh rumah. Teks ini tidak dapat diaplikasikan kepada bangsa dan budaya manapun secara harfiah sehingga dianggap tidak relevan dan tidak diterapkan kepada orang Kristen. Namun, aturan ini diberikan agar dapat diaplikasikan dalam situasi yang berbeda sehingga teks ini dapat menjadi model atau paradigma bagi kehidupan orang Kristen. Dari analisis contoh teks tersebut, penulis menemukan beberapa hal. Pertama, dengan menggunakan metode paradigmatik orang Kristen tidak perlu lagi mempersoalkan pemisahan tiga divisi, hukum yang tidak berlaku lagi dan tidak dapat diaplikasikan kepada orang Kristen. Kedua, Taurat memiliki nilai kesinambungan sehingga seluruh teks Taurat dapat diaplikasikan kepada orang Kristen dengan cara baru dalam terang Kristus. Ketiga, Taurat dapat didekati menurut genrenya dan sesuai dengan maksud serta tujuan mula-mula penulis teks.en_US
dc.publisherSekolah Tinggi Teologi SAAT Malangen_US
dc.subjectTauraten_US
dc.subjectParadigmatiken_US
dc.subjectSeremonialen_US
dc.subjectSipilen_US
dc.subjectMoralen_US
dc.titleTinjauan Kritis terhadap Pembagian Tiga Divisi Hukum Taurat dan Ketidaksinambungannya bagi Orang Kristen dari Perspektif Pendekatan Paradigmatik terhadap Taurat.en_US
dc.typeThesisen_US
dc.identifier.nidn2315076801
dc.identifier.kodeprodi77101
dc.identifier.nim20161090095


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record