Show simple item record

dc.contributor.advisorSoegianto, Hari
dc.contributor.authorSugiarto, Ari
dc.date.accessioned2021-04-26T01:43:22Z
dc.date.available2021-04-26T01:43:22Z
dc.date.issued2019-09
dc.identifier.urihttp://repository.seabs.ac.id/handle/123456789/1361
dc.description.abstractKehilangan seseorang yang dikasihi akan membuat seseorang memasuki masa duka. Seseorang yang mengalami kedukaan menghadapi dua pergumulan besar dalam hidupnya, yaitu pergumulan secara psikologis dan pergumulan secara teologis. Kedua hal ini harus diatasi dengan cara yang tepat, agar orang yang berduka dapat menjalani kehidupannya dengan baik. Salah satu upaya yang dapat digunakan untuk menolong orang yang sedang berduka adalah melalui khotbah. Paulus pernah berada dalam satu situasi ketika orang-orang Tesalonika yang baru percaya kepada Kristus mengalami kondisi kedukaan yang sangat berat, sehingga Paulus menyebut mereka seperti “orang-orang yang tidak berpengharapan.” Kondisi ini terjadi karena mereka masih dipengaruhi oleh konsep-konsep tentang kematian dan kehidupan setelah kematian yang menjadi bagian dari kepercayaan mereka pada waktu itu. Dalam suratnya ini, Paulus menyampaikan berita pengharapan akan kedatangan Kristus yang kedua kepada orang-orang Tesalonika untuk meneguhkan iman serta pengharapan mereka kepada Kristus. Paulus pun meminta agar mereka saling menghibur dan menguatkan satu dengan yang lainnya. Dalam budaya Tionghoa, kematian orang yang dikasihi membawa orang yang berduka tersebut masuk dalam masa duka yang paling berat. Selain karena perasaan kehilangan yang dirasakan, pengaruh konsep-konsep kematian dan kehidupan setelah kematian juga memegang peranan yang sangat kuat dalam kehidupan orang Tionghoa. Konsep-konsep ini pun tidak lepas dari pemikiran orang Tionghoa yang baru percaya kepada Kristus. Pemikiran tersebut harus diterangi oleh kebenaran firman Tuhan, yaitu dengan menyampaikan berita pengharapan tentang kedatangan Kristus yang kedua dalam khotbah yang disampaikan. Penyampaian khotbah dalam ibadah penghiburan Kristen merupakan salah satu sarana yang Tuhan pakai untuk memperdengarkan suara-Nya kepada orang yang berduka. Melalui khotbah, pengkhotbah dapat menanamkan konsep kematian dan kehidupan setelah kematian yang sesuai dengan kebenaran firman Tuhan. Melalui khotbah, berita pengharapan yang disampaikan dapat menjadi salah satu sarana yang Tuhan pakai untuk mengatasi kedukaan yang dirasakan oleh orang yang berduka, dan menggerakkan orang percaya untuk saling menghibur dan menguatkan dalam pengharapan sejati, yaitu kedatangan Kristus yang kedua kali dan kehidupan kekal yang diberikan kepada setiap orang yang percaya dan menantikan kedatangan-Nya.en_US
dc.publisherSekolah Tinggi Teologi SAAT Malangen_US
dc.subjectKhotbahen_US
dc.subjectPenghiburanen_US
dc.subjectBudaya Tionghoaen_US
dc.subjectBerita Pengharapanen_US
dc.subjectEksegesisen_US
dc.subjectPsikologi Kedukaanen_US
dc.subjectFase Keterkejutan/Penyangkalanen_US
dc.titlePenerapan Berita Pengharapan pada Khotbah dalam Ibadah Penghiburan Kristen dalam Konteks Budaya Tionghoa (Studi Eksegetikal 1 Tesalonika 4:13-18)en_US
dc.typeThesisen_US
dc.identifier.nidn2324126701
dc.identifier.kodeprodi77101
dc.identifier.nim20151050225


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record