Show simple item record

dc.contributor.advisorFu, Timotius
dc.contributor.authorYenny
dc.date.accessioned2021-04-05T06:33:49Z
dc.date.available2021-04-05T06:33:49Z
dc.date.issued2011-02
dc.identifier.urihttp://repository.seabs.ac.id/handle/123456789/1321
dc.description.abstractSetiap orang percaya dipanggil untuk memberitakan Injil, suatu kabar sukacita yang memberikan pengharapan hidup yang kekal. Namun pada kenyataannya kabar tersebut terkesan begitu sulit dikabarkan. Apa permasalahannya? Orang-orang masa kini adalah masyarakat pascamodern yang menganggap segala sesuatu adalah relatif termasuk di dalamnya tentang kebenaran Injil. Bagi mereka ¡°sayalah Tuhan bagi diri saya sendiri¡± (panteisme), semua agama adalah sama dan bisa memberikan keselamatan (pluralisme). Yang terpenting adalah bagaimana kehidupan manusia saat ini selaras dengan alam, dan sesamanya. Itulah makna keselamatan yang sesungguhnya. Kondisi seperti ini sangat memprihatinkan. Mereka merasa diri sendiri benar padahal mereka tersesat dan binasa. Inilah mengapa menginjili masyarakat pascamodern tidak mudah namun bukan berarti tidak mungkin Paulus seorang hamba Allah yang setia pernah mengalami situasi yang sama. Saat berada di Atena, dia bertemu dengan orang-orang dari golongan Epikuros dan Stoa yang sangat meninggikan filsafat panteisme dan humanisme. Menghadapi orang-orang demikian, Paulus tidak gentar. Dia masuk dalam budaya dan kehidupan mereka untuk memahami apa yang menjadi kebutuhan mereka. Dengan menggunakan konsep pikir mereka, cara mereka berkomunikasi dan budaya mereka, Paulus memaparkan kebenaran Injil secara utuh dan lengkap. Hasilnya, setidaknya ada dua orang terkemuka yaitu Dionisius dan Damaris yang percaya pada Yesus. Apa yang Paulus lakukan dapat dikatakan mengkontekstualisasikan cara penyampaian Injil agar dapat diterima oleh pendengarnya tapi bukan berita Injil itu sendiri. Keberhasilan Paulus dalam memberitakan kebenaran Injil di Atena, seharusnya menjadi semangat bagi orang percaya untuk menerapkan strategi yang dia pakai dalam menginjili masyarakat pascamodern. Didukung dengan doa dan pimpinan Roh Kudus, Allah dapat memakai strategi tersebut untuk memenangkan mereka bagi Kristus. Oleh karena itu, orang percaya harus bangkit dan giat memberitakan kabar sukacita ini pada mereka. Dengan demikian makin banyak jiwa yang dapat dibawa pada Kristus dan memuliakan nama-Nya.en_US
dc.publisherSeminari Alkitab Asia Tenggaraen_US
dc.subjectStrategien_US
dc.subjectMemberitakan Injilen_US
dc.subjectKebenaranen_US
dc.subjectPaulusen_US
dc.subjectPluralismeen_US
dc.subjectPanteismeen_US
dc.subjectPascamodernen_US
dc.subjectInjilen_US
dc.titlePenginjilan Paulus di Kisah Para Rasul 17:16-34 dan Implikasinya Bagi Penginjilan Pada Masyarakat Pascamodern Masa Kinien_US
dc.typeThesisen_US
dc.identifier.kodeprodi77103


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record