Show simple item record

dc.contributor.advisorTanudjaja, Rahmiati
dc.contributor.authorKahardinata, Chandra Arifin
dc.date.accessioned2021-04-05T05:54:34Z
dc.date.available2021-04-05T05:54:34Z
dc.date.issued2010
dc.identifier.urihttp://repository.seabs.ac.id/handle/123456789/1309
dc.description.abstractKebangkitan Yesus secara jasmani menjadi satu hal yang sangat mendasar dan hakiki bagi kebenaran iman Kristen. Hal itulah yang dinyatakan Rasul Paulus dalam surat 1 Korintus 15:12-20. Dalam pemahaman Paulus, kebangkitan Yesus secara jasmani berkaitan erat dengan imaimya dan iman orang Kristen. Dia dengan tegas menyatakan bahwa jika Yesus tidak bangkit secara jasmani maka sia-sialah pemberitaannya dan dia berdusta terhadap Allah. Demikian juga bagi kepercayaan orang Kristen, jika Yesus tidak bangkit maka sia-sialah kepercayaan orang Kristen dan orang Kristen masih hidup dalam kuasa dosa serta mengalami kebinasaan, bahkan dikatakan orang Kristen adalah orang yang paling malang dari segala manusia. Agnostisisme tidak menolak adanya Allah, tetapi Agnostisisme tidak mengakui Allah dapat dirasionalisasikan, diterima oleh rasio. Agnostisisme menolak bahwa pengetahuan tentang ketuhanan dapat diklaim sebagai kebenaran. Kepercayaan agama hanya mempakan estetika jiwa dari kecenderungan masing-masing pribadi. Implikasinya adalah relativisme agama, yang akhimya berkembang menjadi pluralisme agama. Agnostisisme dianggap sebagai sebuah "jalan ketiga" antara Ateisme dan Teisme. Agnostisisme kuat berpendapat bahwa kebangkitan Yesus bukan peristiwa sejarah melainkan atas dasar iman para murid. Sedangkan Agnostisisme lemah berpendapat bahwa peristiwa kebangkitan Yesus adalah sebuah fakta namun apa yang terjadi saat kebangkitan itu tidak dapat diketahui. Banyak teologi modem dibangun atas pengamh Agnostisisme, yang akhimya menyimpang dari ajaran para rasul bahkan menyangkal ajaran para rasul tentang kebangkitan Yesus. Dalam membahas dan mengatasi pengamh yang diakibatkan oleh pandangan Agnostisisme terhadap gereja, diperlukan suatu sistem apologetika prasuposisional Kristen. Sistem apologetika prasuposisional Kristen menegaskan bahwa setiap orang yang berdialog, memberi tanggapan, berargumentasi maupun berapologetika pasti mempunyai prasuposisi tertentu. Karena setiap orang memiliki prasuposisi tertentu, maka ketika orang percaya beropologetika sebenamya orang percaya itu sudah memiliki prasuposisi juga. Akibatnya, sistem apologetika prasuposisional Kristen menegaskan bahwa orang percaya yang berapologetika tentang apapun juga, termasuk tentang kebangkitan Yesus, harus berapologetika atau membangun sistem apologetika Kristen dengan sudut pandang (prasuposisi) wawasan dunia Kristen, yaitu prasuposisi Alkitab. Orang percaya perlu mengimplementasikan sistem apologetika prasuposisional Kristen terhadap pandangan Agnostisisme modem tentang kebangkitan Yesus.en_US
dc.publisherSeminari Alkitab Asia Tenggaraen_US
dc.subjectApologetika prasuposisional Kristenen_US
dc.subjectagnostisisme modemen_US
dc.subjectkebangkitan Yesus secara jasmanien_US
dc.subjectImplementasien_US
dc.titleImplementasi Apologetika Prasuposisional Kristen Terhadap Pandangan Agnostisisme Modern Tentang Kebangkitan Yesus Secara Jasmanien_US
dc.typeThesisen_US
dc.identifier.nidn2322015701
dc.identifier.kodeprodi77103


Files in this item

FilesSizeFormatView

There are no files associated with this item.

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record