Show simple item record

dc.contributor.advisorSolihin, Benny
dc.contributor.authorNervanto, Ardiansyah
dc.date.accessioned2021-04-05T05:52:01Z
dc.date.available2021-04-05T05:52:01Z
dc.date.issued2011
dc.identifier.urihttp://repository.seabs.ac.id/handle/123456789/1308
dc.description.abstractSalah satu panggilan Tuhan yang ditujukan bagi orang percaya adalah supaya mereka beribadah kepada-Nya. Maka dari itu, ibadah merupakan tema yang sangat penting untuk dimengerti dengan baik oleh orang percaya. Jika ada ibadah yang benar maka ada ibadah yang tidak benar. Jika ada ibadah yang baik maka ada ibadah yang jahat. Alkitab tidak hanya mengajarkan tentang ibadah yang benar, tetapi juga menunjukkan model ibadah yang tidak benar. Karena itu, konsep ibadah yang jahat bukanlah sebuah tema yang aneh untuk dibicarakan. Di dalam Alkitab, konsep ibadah yang jahat dapat ditemukan dalam Amos 5:21-27. Eksposisi Amos 5:21-27 membuktikan bahwa bangsa Israel telah melakukan ibadah yang jahat di mata Allah. Berdasarkan Amos 5:21-27, konsep ibadah yang jahat dapat dijelaskan menjadi dua bagian besar. Pertama, ibadah yang jahat adalah ibadah yang penuh dengan kemunafikan. Kedua, ibadah yang jahat adalah ibadah yang mencampuradukkan kepercayaan-kepercayaan lain sehingga menjadi sinkretisme praktis. Pascamodem mempakan konteks dan cara pandang masyarakat Indonesia masa kini. Sebagai komunitas yang hidup di tengah-tengah masyarakat pascamodem, tidak sedikit orang Kristen pada akhimya dipengaruhi oleh semangat dari pascamodem itu sendiri. Semangat paseamodem tersebut telah merasuk sampai kepada praksis ibadah orang Kristen, sehingga mereka cenderung untuk melakukan vertikalisme ibadah, mengutamakan kesuksesan dan kemewahan ibadah, melakukan ibadah tanpa kesalehan sosial, dan mempraktikkan sinkretisme. Kehidupan ibadah dan sosial bangsa Israel pada zaman Amos dan orang Kristen di Indonesia masa kini menunjukkan adanya persamaan, yakni melakukan ibadah yang jahat. Oleh karena itu, konsep ibadah yang jahat dalam Amos 5:21-27 menjadi relevan bagi praksis ibadah orang Kristen di Indonesia masa kini. Selain itu, konsep ibadah yang jahat juga dapat menjadi peringatan bagi orang percaya sekaligus sebagai sebuah titik tolak untuk kembali melakukan ibadah yang benar di hadapan Tuhan.en_US
dc.publisherSeminari Alkitab Asia Tenggaraen_US
dc.subjectKonsep khotbahen_US
dc.subjectKhotbah Penginjilanen_US
dc.subjectBilly Grahamen_US
dc.subjectpascamodernen_US
dc.subjectibadah yang benaren_US
dc.subjectAmosen_US
dc.subjectpraksis ibadahen_US
dc.subjectsinkretismeen_US
dc.subjectvertikalisme ibadahen_US
dc.subjectkepedulianen_US
dc.subjectkemunafikanen_US
dc.subjectkesalehanen_US
dc.subjectkeadilanen_US
dc.subjectkebenaranen_US
dc.subjectsosialen_US
dc.titleKonsep Khotbah Penginjilan Billy Graham dan Implikasinya Bagi Khotbah Penginjilan Masa Kinien_US
dc.typeThesisen_US
dc.identifier.nidn2323055701
dc.identifier.kodeprodi77103


Files in this item

FilesSizeFormatView

There are no files associated with this item.

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record