Show simple item record

dc.contributor.advisorMamahit, Ferry Yefta
dc.contributor.authorDengak, Dance Gedion
dc.date.accessioned2021-04-05T03:05:55Z
dc.date.available2021-04-05T03:05:55Z
dc.date.issued2009
dc.identifier.urihttp://repository.seabs.ac.id/handle/123456789/1299
dc.description.abstractPluralisme merupakan sebuah fenomena yang tidak mungkin dihindari, Manusia hidup dalam pluralisme dan merupakan bagian dari pluralisme itu sendiri, baik secara pasif maupun aktif, tak terkecuali dalam hal keagamaan. Setiap agama muncul dalam lingkungan yang plural dan membentuk dirinya sebagai tanggapan terhadap pluralisme tersebut, Pluralisme keagamaan ini jika tidak dipahami secara benar dan arif oleh pemeluk agama maka akan menimbulkan dampak, tidak hanya berupa konflik antar umat beragama, tetapi juga konflik sosial dan disintegrasi. Karena itu, dialog antaragama bukan lagi sebuah pilihan tetapi menjadi undeniable law for human beings bahkan menjadi world’s compass untuk menciptakan wajah dunia yang lebih damai, adil, beradab, berperikemanusiaan dan religius. Berdasarkan pemahaman akan pentingnya dialog antaragama, maka penulis dalam skripsi ini memfokuskan penelitian pada model dialog yang pluralis. Model dialog ini antara lain: Model Pemenuhan {Fulfdlment model) yaitu model yang mewakili posisi inklusif yang menyatakan bahwa “yang satu menyempumakan yang lain” {the one fulfils the many) namun dalam teologinya tidak berbeda jauh dengan posisi pluralis; MoJe/ Mutualitas {Mutuality model) yaitu model yang mengakui kebenaran dan kesetaraan dari berbagai agama sehingga “banyak agama terpanggil untuk berdialog” {many true religions called to dialogue)', dan model Penerimaan {Acceptance model) yaitu model yang menerima keberagaman dan diversitas agama sehingga model ini mempunyai perspektif bahwa “banyak agama yang benar: biarlah begitu” {many true religions: so be it). Selain itu, penulis juga memaparkan model Penggantian {Replacement model) sebagai model dialog yang injili, yaitu model yang bersifat eksklusif karena mengakui dan menerima bahwa “hanya ada satu agama yang benar” {only one true religion). Setelah melakukan analisis terhadap ortodoksi dan ortopraksi dari model-model dialog yang pluralis, serta mempelajari pemikiran dari tokoh-tokoh utama dari setiap model, penulis mendapati bahwa model dialog yang pluralis merupakan model dialog yang sangat toleran sehingga akhirnya mengkompromikan bahkan mereduksi hampir semua kebenaran iman Kristen sehingga kekristenan kehilangan keunikannya. Namun, model dialog yang injili sebagai model yang seharusnya lebih alkitabiah, justru jatuh ke ekstrem yang lain dengan eksklusivisme yang radikal. Karena itu, penulis mengusulkan model Akomodatif Model ini berusaha untuk tidak jatuh pada salah satu titik ekstrem tetapi berusaha merembeskan injil secara berhikmat dalam masyarakat pluralistik sekarang ini. Selain itu, model ini membuat kekristenan bisa bergerak lebih jauh memasuki ranah sosial, politik, budaya, ekonomi, ekologi, perdamaian dunia, dan berbagai permasalahan kemanusiaan lainnya.en_US
dc.publisherSeminari Alkitab Asia Tenggaraen_US
dc.subjectdialogen_US
dc.subjectantar agamaen_US
dc.subjectmodel dialogen_US
dc.subjectpluralismeen_US
dc.subjecteksklusifen_US
dc.subjectinklusifen_US
dc.subjectinjilien_US
dc.subjectVatikan IIen_US
dc.subjectpartikularisen_US
dc.subjectevangelikalen_US
dc.subjectpostmodernen_US
dc.subjectteosentrisen_US
dc.subjectsoteriosentrisen_US
dc.subjectkeunikan Kristusen_US
dc.subjectumat kristianien_US
dc.subjectwahyuen_US
dc.subjectrealitasen_US
dc.subjectetika globalen_US
dc.titleTinjauan Terhadap Model Dialog Antaragama yang Pluralis dari Perspektif Injilien_US
dc.typeThesisen_US
dc.identifier.nidn2313116401
dc.identifier.kodeprodi77103


Files in this item

FilesSizeFormatView

There are no files associated with this item.

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record