Show simple item record

dc.contributor.advisorGarcia, Hidalgo B
dc.contributor.authorJuniati
dc.date.accessioned2021-03-30T03:46:45Z
dc.date.available2021-03-30T03:46:45Z
dc.date.issued2005
dc.identifier.urihttp://repository.seabs.ac.id/handle/123456789/1260
dc.description.abstractMasalah yang dijumpai dalam hidup sehari-hari dapat membuat seseorang merasa putus asa bahkan merasa gagal dalam hidup. Sebagai orang percaya kita dapat menghadapi masalah dengan iman dan hal ini menjadi salah satu solusi yang diberikan Norman Vincent Peale dalam ajarannya tentang berpikir positif. Latar belakang Peale menunjukkan bahwa pemikirannya sangat dipengaruhi oleh bidang psikologi. Ia mengatakan bahwa dengan iman manusia dapat memperoleh keberhasilan dan kebahagiaan. Iman ini dapat dihasilkan dari berpikir positif, yaitu dengan memasukkan pikiran-pikiran positif ke dalam pikiran. Apa atau siapa sebenarnya yang dipercayai dalam iman yang diyakini Peale adalah Allah, kemampuan diri sendiri, dan iman itu sendiri. Peale mengajarkan iman kepada Allah yang tidak didasari oleh relasi pribadi dan menempatkan Allah sebagai alat untuk mewujudkan keinginan pribadi, menempatkan manusia dengan kedudukan yang tinggi dengan mengakui kemampuan yang luar biasa dalam diri manusia, dan mengajarkan bahwa iman memiliki kuasa untuk mewujudkan apa yang diyakininya. Tujuan dari studi ini adalah untuk menilai apakah konsep iman yang dimiliki Peale sesuai dengan konsep iman menurut Markus 11. Studi literatur dan eksposisi yang dilakukan terhadap Markus 11:22-24 menghasilkan kesimpulan yang berbeda dengann konsep iman yang diyakini Peale. Iman yang dimaksud ayat ini adalah iman yang hanya ditujukan kepada Allah yang didasari oleh relasi yang benar melalui kelahiran kembali dalam Kristus Yesus, itu berarti tidak dibenarkan iman yang ditujukan kepada diri sendiri atau kepada iman itu sendiri. Iman mengakui kemahakuasaan Allah, yang dapat "memindahkan gunung", yaitu tindakan yang mustahil bagi manusia, tetapi tidak mustahil bagi Allah. Mempercayai Allah yang Maha Kuasa bukan berarti kita bisa menempatkan Allah sebagai alat untuk mewujudkan keinginan pribadi kita. Hal itu juga bukan berarti bahwa dengan iman kita bisa mendapatkan apa saja yang kita inginkan. Doa Yesus di Getsemani memberi bukti bahwa dengan iman kita tidak dapat memaksakan kehendak kita kepada Allah. Allah adalah Allah yang berdaulat dan kehendak kita harus tunduk kepada kehendak-Nya. Kitalah yang seharusnya menjadi alat bagi Dia untuk menjalankan rencana-Nya di bumi ini. Iman yang diajarkan ayat ini juga mengajarkan agar kita siap menderita bagi Allah demi terwujudnya rencana Allah di bumi ini. Melihat kenyataan bahwa pandangan berpikir positif ini telah sangat meluas di kalangan orang percaya dan bahkan di dunia sekuler, maka gereja-gereja perlu membekali jemaatnya dengan pemahaman akan konsep iman yang benar menurut Alkitab dan mengajak jemaat untuk bersikap kritis terhadap ajaran ini. Selanjutnya, hasil studi tentang konsep iman dari kitab Markus ini juga mengajak kita sebagai orang percaya untuk mempraktekkan iman dalam kehidupan sehari-hari ketika kita menghadapi masalah kehidupan, sebagaimana konsep iman seperti yang disimpulkan dari hasil studi ini.en_US
dc.publisherSeminari Alkitab Asia Tenggaraen_US
dc.subjectMasalahen_US
dc.subjectBerpikir positifen_US
dc.subjectKeberhasilanen_US
dc.subjectKemustahilanen_US
dc.subjectImanen_US
dc.subjectKuasaen_US
dc.titleKonsep Iman Dalam Berpikir Positif Menurut Norman Vincent Peale : Suatu Tinjauan Kritis Berdasarkan Markus 11:22-24en_US
dc.typeThesisen_US
dc.identifier.kodeprodi77103


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record