Show simple item record

dc.contributor.advisorPilimon, Jahja Elia
dc.contributor.authorSoegianto, Hari
dc.date.accessioned2021-03-30T03:43:53Z
dc.date.available2021-03-30T03:43:53Z
dc.date.issued2005
dc.identifier.urihttp://repository.seabs.ac.id/handle/123456789/1257
dc.description.abstractJohn Dewey dikenal sebagai figur utama pragmatisme abad ke duapuluh. Jenis pragmatisme Dewey disebut dengan instrumentalisme. Pandangan ini sangat menekankan bahwa seluruh pemikiran manusia adalah senjata atau instrument dalam mengatasi masalah di seputar lingkungan seorang individu. Dewey menolak semua bentuk supernaturalisme dan ia cenderung melihat suatu kebenaran bersifat relatif. Ia meyakini ketidakberdosaan anak-anak dan memandang manusia sebagai makhluk yang pada dasarnya tidak memiliki kecenderungan kejahatan. Dewey melihat bahwa anak didik seharusnya menjadi pusat dalam pendidikan di sekolah dan sekolah seharusnya menjadi bentuk sederhana dari masyarakat. Dengan demikian anak didik dipersiapkan untuk menjadi anggota masyarakat yang dapat berpartisipasi secara aktif. Pandangan Dewey ini berpengaruh pada teori-teori tentang pendidikan yang dikemukakannya. Ia menekankan peran guru yang lebih sebagai pembimbing atau pendamping anak didik dari pada sebagai seorang figur yang otoritas, mendorong siswa untuk berperan secara aktif, dan mengembangkan metode pemecahan masalah dalam proses belajar mengajar. Pendidikan Kristen mendasari konsep filsafatnya dengan Alkitab yang merupakan sumber kebenaran yang berotoritas. Alkitab menyatakan bahwa manusia telah diciptakan menurut gambar dan rupa Allah. Hal ini menunjukkan bahwa manusia adalah makhkul yang bermartabat. Dosa pertama yang dilakukan oleh Adam dan Hawa telah membuat gambar dan rupa Allah tersebut menjadi rusak, namun tidak hilang. Manusia tidak lagi bersifat netral, tetapi memiliki kecenderungan melakukan perbuatan dosa. Pendidikan Kristen melihat anak didik tidak hanya dalam sisi biologis atau psikologis saja, tetapi juga melihat anak didik sebagai makhluk religius. Alkitab menyatakan bahaw anak didik adalah pribadi yang harus dihargai namun tidak sempurna, karena itu seorang anak perlu dididik. Tujuan pendidikan adalah untuk memulihkan gambar dan rupa Allah dalam diri anak didik. Pandangan ini mempengaruhi pola pelayanan pendidikan Kristen di sekolah. Sekolah harus melihat anak didik seutuhnya dan mengembangkan aspek dalam diri anak didik tersebut. Guru menjalankan perannya sebagai pengganti orang tua yang dapat menjadi figur yang berotoritas sekaligus sahabat bagi anak-anak didik, Berdasarkan kajian pustaka yang telah dilakukan. diperoleh kesimpulan bahwa ada perbedaan yang mendasar dalam tingkat filsafat pendidikan antara pandangan Dewey dengan pandangan Alkitab. Sedangkan pada tingkat teori, ada persamaan antara pandangan Dewey dengan pandangan Alkitab. Dengan demikian maka praktisi pendidikan Kristen diharapkan tidak bersikap langsung menolak atau langsung menerima terhadap teori-teori yang dikemukakan oleh pemikir non Kristen. Para praktisi pendidikan Kristen perlu melakukan kajian yang dalam sebelum menggunakan teori-teori pendidikan yang dikemukakan oleh mereka.en_US
dc.publisherSeminari Alkitab Asia Tenggaraen_US
dc.subjectPragmatismeen_US
dc.subjectAnak Didiken_US
dc.subjectPendidikanen_US
dc.titleTinjauan Alkitab Atas Pandangan Pragmatisme John Dewey Tentang Anak Didik dan Implikasinya Dalam Pelaksanaan Pendidikan di Sekolahen_US
dc.typeThesisen_US
dc.identifier.kodeprodi77103


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record