Show simple item record

dc.contributor.advisorElia, Heman
dc.contributor.advisorTanudjaja, Rahmiati
dc.contributor.authorTakarendehang, Minda
dc.date.accessioned2021-03-30T03:33:21Z
dc.date.available2021-03-30T03:33:21Z
dc.date.issued2004
dc.identifier.urihttp://repository.seabs.ac.id/handle/123456789/1253
dc.description.abstractBanyak permasalahan yang muncul dalam pernikahan yang disebabkan oleh tidak adanya komunikasi di antara suami dan istri. Tidak adanya komunikasi disebabkan kekecewaan yang sering terjadi di dalam berkomunikasi. Suami dan istri saling menyalahkan bahwa pasangan mereja tidak bisa mengerti dan memenuhi akan kebutuhannya, dia sudah memberi dan memberi, namun tidak menerima kembali. Masing-masing merasa cinta mereka tidak diterima dan dihargai. Permasalahan yang terjadi, sebenarnya suami dan istri sama-sama memberi cinta tetapi tidak dengan cara komunikasi yang diinginkan pasangannya, sehingga terjadilah kesalahpahaman di antara mereka. Untuk mencegah terjadinya kesalahpahaman di antara suami dan istri dalam berkomunikasi, penting bagi kita untuk mengetahui perbedaan yang ada di antara pria dan wanita. Secara garis besar boleh dikatakan pria dan wanita berbeda, baik dalam hal fisik maupun kebutuhan. Dari segi fisik, adanya perbedaan dalam cara kerja otak pria dan wanita dalam memroses informasi, yang tentunya sangat mempengaruhi pola komunikasi yang ada di antara mereka. Selanjutnya, kebutuhan pria dan wanita dibagi atas dua bagian yaitu: perbedaan kebutuhan emosional dan kebutuhan seksual. Secara emosional, wanita lebih menginginkan terciptanya perasaan dekat dan harmonis. Wanita membutuhkan pengakuan, ingin dicintai, dimengerti dan diterima, sedang pria membutuhkan penghormatan, penghargaan dan pengertian dari istrinya. Dalam percakapan dengan suaminya, seringkali istri ingin dapat bercerita secara panjang lebar, dan cukup mendetail. Tetapi suami yang menginginkan hal yang lebih praktis sering kali tidak sabar mendengarkan cerita istrinya sehingga memotong pembicaraan. Sikap seperti ini, ditafsirkan istrinya sebagai suatu penolakan. Begitu pula pada waktu menghadapi persoalan, pria lebih senang untuk menarik diri dan berdiam diri, sedangkan wanita lebih senang membicarakannya. Bagi wanita bercerita dengan orang lain merupakan ekspresi adanya keterikatan, dan mendengarkan merupakan suatu tanda adanya ketertarikan, dan kepedulian, sedangkan bagi pria itu hanya kan menguras energinya. Permasalahan seperti ini akan berdampak dalam hubungan intim mereka. Istri yang merasa kecewa karena kebutuhan emosional tidak terpenuhi, tidak mau berhubungan seks dengan suaminya. Sedangkan suami akan memenuhi kebutuhan emosional istrinya apabila kebutuhan seksnya terpenuhi. Inilah kenyataan yang terjadi bahwa pria dan wanita, memang diciptakan Tuhan berbeda. Perbedaan-perbedaan yang ada sebenarnya untuk membuat pria dan wanita saling melengkapi satu dengan yang lain. Oleh karena itu, mereka perlu belajar menerima perbedaan yang ada dan belajar berkomunikasi dengan bahasa lawan jenisnya supaya keharmonisan keluarga dapat dipertahankan. Hal ini dipertegas oleh firman Tuhan, bagaimana seharusnya berkomunikasi yang baik, yaitu dengan menjaga perkataan yang baik dan menjadi pendengar yang baik. Selanjutnya firman Tuhan juga menjelaskan bagaimana bentuk komunikasi di antara suami istri yang diinginkan oleh Tuhan, yaitu istri harus tunduk kepada suami, sebaliknya suami harus mengasihi istrinya.en_US
dc.publisherSeminari Alkitab Asia Tenggaraen_US
dc.subjectKomunikasien_US
dc.subjectpriaen_US
dc.subjectwanitaen_US
dc.subjectpemikahanen_US
dc.subjectkebutuhanen_US
dc.subjectfisiken_US
dc.subjectemosionalen_US
dc.subjectseksualen_US
dc.subjectsuamien_US
dc.subjectistrien_US
dc.subjectFirman Tuhanen_US
dc.titlePerbedaan Komunikasi Pria dan Wanita dalam Pernikahan Kristenen_US
dc.typeThesisen_US
dc.identifier.nidn2321056101
dc.identifier.nidn2322015701
dc.identifier.kodeprodi77103


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record