Show simple item record

dc.contributor.advisorYahya, Pancha Wiguna
dc.contributor.authorPurnomo, Junia
dc.date.accessioned2021-03-23T03:16:39Z
dc.date.available2021-03-23T03:16:39Z
dc.date.issued2014-03
dc.identifier.urihttp://repository.seabs.ac.id/handle/123456789/1144
dc.description.abstractKehidupan manusia tidak pernah lepas dari konflik. Karena itu, ada banyak tokoh sekuler yang membahas masalah konflik dan cara menanggulanginya. Salah satunya adalah Fred Luthans. Konsep konflik Fred Luthans merupakan konsep yang didasarkan pada pemikiran Edward Tolman tentang teori kognitif dan pendekatan behavioristik yang dikembangkan oleh Ivan Pavlov, John B. Watson, dan B. F. Skinner. Di dalam membangun konsepnya, Luthans menggunakan organisasi sebagai ruang lingkupnya. Baginya, orang yang bekerja di dalam suatu organisasi dengan latar belakang yang berbeda jauh lebih sering terlibat konflik ketimbang orang yang tidak bekerja di dalam organisasi tertentu. Jika konflik yang ada dibiarkan terus-menerus, maka hal itu bisa berdampak pada kinerja orang tersebut, dan bisa merugikan organisasi di mana ia bekerja. Untuk itu, Luthans mendorong setiap orang yang ada di dalam organisasi agar memiliki kemampuan bernegosiasi. Adapun pendekatan ini digunakan untuk menolong orang-orang yang ada di dalam organisasi agar mereka bisa berdialog dan menghasilkan kesepakatan yang memuaskan bagi kedua belah pihak yang terlibat konflik. Dalam membangun konsepnya, Luthans sangat menekankan keberadaan manusia sebagai makhluk yang memiliki kualitas intelegensi yang tinggi dan merupakan sumber daya yang memberikan sumbangsih tertinggi dalam organisasi. Karena itu, Luthans sangat mengagungkan kekuatan manusia. Jika ditinjau dari kebenaran Alkitab, maka dapat ditemukan bahwa konsep manusia menurut Luthans tidaklah menyeluruh. Dalam hal ini, Alkitab tidak hanya menyoroti kekuatan atau kelebihan manusia dari makhluk lainnya, tetapi juga menyatakan kelemahan manusia sebagai makhluk ciptaan yang telah jatuh ke dalam dosa. Sejak manusia jatuh ke dalam dosa, manusia telah kehilangan kemuliaan Allah. Oleh sebab itu, semua pikiran, jiwa, dan kehendak manusia telah dicemari oleh dosa. Untuk itu, manusia harus bergantung sepenuhnya kepada Roh Kudus agar dapat memahami segala sesuatunya yang terjadi di dalam dunia ini melalui sudut pandang Allah. Adapun tujuan dari pengenalan Allah dalam konteks konflik ini adalah agar manusia dapat menyelesaikan konflik sesuai dengan kehendak Allah dan dapat memuliakan-Nya sebagaimana tujuan awal manusia diciptakan oleh Allah. Dengan demikian, konsep konflik Fred Luthans tidak serta-merta dapat langsung digunakan sebagai pedoman bagi orang Kristen dalam menyelesaikan konflik yang ada. Hal ini dikarenakan semua konsep yang ada di dalam dunia ini harus tunduk kepada otoritas Alkitab sebagai firman Tuhan yang mutlak. Karena itu, semua prinsip penyelesaian konflik harus ditujukan bagi kemuliaan Tuhan dan bukan kemuliaan manusia.en_US
dc.publisherSeminari Alkitab Asia Tenggaraen_US
dc.subjectkonsep konfliken_US
dc.subjectFred Luthansen_US
dc.subjectAlkitaben_US
dc.subjectmanusiaen_US
dc.subjectorganisasien_US
dc.subjectnegosiasien_US
dc.titleStudi Perbandingan Konsep Konflik menurut Fred Luthans dan Konsep Konflik menurut Alkitaben_US
dc.typeThesisen_US
dc.identifier.nidn2308027601


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record