Show simple item record

dc.contributor.advisorYahya, Pancha Wiguna
dc.contributor.authorTjandra, Indra Kurniadi
dc.date.accessioned2021-03-10T02:19:31Z
dc.date.available2021-03-10T02:19:31Z
dc.date.issued2010
dc.identifier.urihttp://repository.seabs.ac.id/handle/123456789/1103
dc.description.abstractGereja Katolik mengadakan Konsili Trente untuk merespons gerakan reformasi. Konsili ini dibuka pada 13 Desember 1545 dan seringkali dianggap sebagai bagian dari reformasi Katolik atau kontra-reformasi (gerakan yang membendung meluasnya pengaruh Protestantisme dalam zaman reformasi). Salah satu keputusan yang amat keras diambil oleh gereja Katolik pada masa itu, yaitu penggunaan istilah ^''Anathema Sit,” yang berarti “terkutuklah ia.” Mengacu kepada hal-hal di atas, maka bagi siapa saja (kaum Protestan) yang menilai Konsili Trente maka akan muncul anggapan-anggapan negatif terhadap Konsili Trente dan terhadap gereja Katolik. Namun demikian, pemyataan Francis Beckwith menggugah penulis untuk kembali menyelidiki keputusan-keputusan di dalam Konsili Trente. Beckwith menyatakan bahwa umat Kristen perlu untuk meninjau ulang hasil-hasil di dalam Konsili Trente, khususnya yang berkenaan dengan doktrin pembenaran. Beckwith mempertanyakan dasar kebenaran reformasi, yaitu isu doktrin pembenaran, karena doktrin pembenaran adalah doktrin yang signifikan di dalam relasi Protestan dan Katolik. Secara umum, diyakini ada diskontinuitas antara Luther dan Aquinas atau Luther dan Konsili Trente. Namun, apabila hubungan Luther-Aquinas atau Luther-Trente diletakkan dalam konteks historis yang tepat, maka akan terlihat kontinuitas pemahaman dalam doktrin pembenaran di antara keduanya. Penyelidikan secara teliti terhadap studi historis ini membuktikan bahwa isu diskontinuitas tidaklah sebanyak seperti yang umumnya diyakini. Kesamaan doktrin pembenaran antara Protestan dan Katolik-yang diwakili dalam Konsili Trente oleh Aquinas-menunjukkan adanya pemulihan teologis yang tidak kecil di dalam konteks relasi Protestan dan Katolik. Ide justification by faith yang telah digunakan oleh Luther untuk menghancurkan tembok-tembok gereja Katolik telah membuat mereka mereformasi diri mereka sendiri, yaitu dengan memiliki pemahaman yang sama dengan Luther atau kaum Protestan.en_US
dc.publisherSeminari Alkitab Asia Tenggaraen_US
dc.subjectPembenaranen_US
dc.subjectRelasien_US
dc.subjectProtestanen_US
dc.subjectKatoliken_US
dc.subjectKonsili Trenteen_US
dc.subjectgerejaen_US
dc.subjectLutheren_US
dc.subjectAquinasen_US
dc.subjectAgustinusen_US
dc.subjectreformasien_US
dc.subjectkesatuanen_US
dc.titleDoktrin Pembenaran Katolik Roma Versi Konsili Trente dan Implikasinya Bagi Relasi Protestan-Katolik Masa Kinien_US
dc.typeThesisen_US
dc.identifier.kodeprodi77201


Files in this item

FilesSizeFormatView

There are no files associated with this item.

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record