Veritas 13/1 (April 2012)
http://repository.seabs.ac.id/handle/123456789/258
2024-03-28T14:29:56ZKarakteristik dan Berbagai Genre dalam Kitab Mazmur
http://repository.seabs.ac.id/handle/123456789/265
Karakteristik dan Berbagai Genre dalam Kitab Mazmur
Maleachi, Martus A.
Kitab Mazmur ditulis dalam bentuk puisi. Bagi orang Yahudi, puisi merupakan jenis literatur yang memegang peranan penting karena melengkapi apa yang tidak dapat diberikan oleh prosa; puisi merupakan ungkapan emosi yang menyatakan kedalaman iman dan ibadah mereka. Oleh sebab itu, kita perlu bukan hanya menganalisa suatu mazmur, tetapi juga mengapresiasinya. Mazmur merupakan ungkapan kata-kata penulis kepada Allah dan tentang Allah. Berbeda dengan kebanyakan bagian Alkitab yang lain, dalam kitab Mazmur Allah memakai pergumulan hidup manusia untuk menguatkan umat percaya lainnya. Mazmur adalah respons keberadaan manusia di hadapan Allah, baik melalui pengalaman (mis. kesulitan hidup, peperangan, sakit penyakit, pernikahan, kelahiran, kematian dan sebagainya) maupun perasaan hatinya (sukacita, ketakutan, kebencian, depresi, dan sebagainya). Perlu dipahami bahwa di dalam sebuah mazmur ada tiga unsur yang perlu diperhatikan. Pertama adalah isi (content) dari mazmur tersebut. Kedua adalah bentuk dari mazmur tersebut. Terakhir adalah efek yang ditimbulkan oleh mazmur tersebut. Isi merupakan ungkapan hati dari pemazmur yang melibatkan emosi, imaginasi, dan pesan yang ingin disampaikan. Bentuk dari mazmur, seperti susunan bait, sanjak, dan genrenya mendukung isi dari puisi tersebut dan menimbulkan keindahannya. Paduan kedua unsur tersebut menimbulkan sebuah efek yang berbeda dengan prosa. Pada waktu menafsir sebuah mazmur, kita bukan hanya memperhatikan arti, tetapi juga keindahannya. P. D. Miller mengingatkan bahwa kita perlu lebih sensitif terhadap karakteristik puitis dari suatu mazmur agar kita dapat mengalami pesan dari pemazmur dalam kehidupan pribadi kita. Artikel ini akan mengajak pembaca untuk mengenai kitab Mazmur dan menafsirkannya.
2012-04-01T00:00:00ZMenggagas Signifikansi Gestur Tubuh dalam Ibadah Korporat Gereja-Gereja Protestan
http://repository.seabs.ac.id/handle/123456789/264
Menggagas Signifikansi Gestur Tubuh dalam Ibadah Korporat Gereja-Gereja Protestan
Setiawan, Jimmy
Penulis akan mengkaji pemahaman yang biblikal tentang arti gestur penyembahan. Penulis akan mulai dengan survei ringkas tentang teologi tubuh di mana penulis menggali apa pandangan Alkitab terhadap tubuh. Saat mengupas teologi tubuh, penulis memperlihatkan implikasi-implikasi praktisnya terhadap penyembahan. Teologi tubuh penting untuk ditegakkan karena ini menjadi dasar bagi penulis untuk selanjutnya merumuskan tiga signifikansi dari gestur liturgikal yaitu sebagai pengungkapan, pelibatan, dan pembelajaran. Tentu saja keseluruhan artikel ini hendak menegaskan betapa pentingnya bagi kita untuk merangkul tindakan liturgikal sebagai salah satu sarana penting bagi pertumbuhan rohani setiap kita melalui konteks ibadah korporat.
2012-04-01T00:00:00ZIdentitas dan Nasionalisme Komunitas Kristen di Indonesia: Tinjauan Pemikiran Th. Sumartana dan Implikasinya bagi Pelayanan Kaum Muda
http://repository.seabs.ac.id/handle/123456789/263
Identitas dan Nasionalisme Komunitas Kristen di Indonesia: Tinjauan Pemikiran Th. Sumartana dan Implikasinya bagi Pelayanan Kaum Muda
Telaumbanua, Hendrikus
Kehadiran agama Kristen di Indonesia selalu dibayangi oleh catatan sejarah yang kurang menguntungkan. Berdasarkan catatan sejarah perjuangan Bangsa Indonesia, kekristenan pernah diidentikkan sebagai agama Belanda atau penjajah, apalagi pada awal abad ke-20, agama Islam telah identik dengan pergerakan nasionalisme Indonesia. Akibatnya, secara tidak langsung identitas keindonesiaan dan kadar nasionalisme pemeluk agama Kristen di Indonesia menjadi sering diragukan. Kenyataan ini semakin diperburuk oleh kondisi gereja yang menutup diri dari berbagai persoalan sosial, masyarakat, dan negara. Ferry Y. Mamahit mengungkapkan bahwa kebanyakan gereja, secara khusus kalangan gereja Injili, bersikap apatis terhadap masalah-masalah sosial seperti kemiskinan yang ada di sekitarnya. Gereja melakukan pola hidup dualisme, dunia rohani dan dunia sekuler, sehingga menjadi komunitas yang menghindari dunia (world-denying church), padahal seharusnya gereja menjadi alat bagi Allah untuk melakukan karya-Nya di muka bumi di antara umat manusia (world-engaging church). Selain itu, banyak gereja dikuasai oleh prasangka dan pemikiran diskriminatif yang membuat kekristenan tidak mampu menjalankan komunikasi dan kerja sama antarumat beragama. Padahal pluralitas agama dan pluralisme merupakan topik yang telah merambah ke seluruh aspek kehidupan sehingga menuntut respons yang tepat di dalam menganggapinya.4 Th. Sumartana (alm.) mengagas gerakan untuk membawa kekristenan menjadi relevan di bumi Indonesia dan dapat berperan aktif di dalam konteks pluralitas agama. Tulisan ini akan memaparkan pemikiranpemikiran Sumartana tersebut. Apakah inti pemikiran Sumartana tentang agama-agama, gereja, kristologi, dan dialog antar-umat beragama? Apakah pandangan Sumartana dapat dibenarkan? Apakah implikasi pemikiran Sumartana bagi pelayanan gereja secara umum dan secara khusus di dalam konteks pelayanan kaum muda di Indonesia?
2012-04-01T00:00:00ZTinjauan Kritis terhadap Open Theism dari Perspektif Teologi Reformed
http://repository.seabs.ac.id/handle/123456789/262
Tinjauan Kritis terhadap Open Theism dari Perspektif Teologi Reformed
Teng, Michael
Salah satu bait dari lagu yang terkenal berjudul “God and God Alone” adalah: God and God alone reveals the truth of all we call unknown, And all the best and worst of man won’t change the Master’s plan, It’s God’s and God’s alone Jelas sekali terlihat nada dasar teologis dari syair ini adalah kedaulatan Allah yang nampak dalam pengetahuan-Nya tentang apa yang manusia tidak ketahui (the foreknowledge of God) dan ketidakberubahan Allah (the immutability of God). Para teolog menyebutnya dengan istilah teisme klasik (classical theism). Pandangan ini telah mendapat banyak serangan baik dari para teolog kontemporer maupun dari Injili. Dari kalangan Injili, Bloesch secara khusus membahas lima sarjana teologi dan filsafat agama yang sangat dihargai yang mengajukan sebuah alternatif terhadap teisme klasik. Mereka menyebut dirinya sebagai open view theists atau freewill theists; konsep mereka ini kemudian dikenal sebagai open theism. Buku mereka, The Openness of God, menjadi buku yang provokatif karena berbicara langsung kepada para sarjana Injili muda yang tidak “bahagia” dengan gambaran tradisional tentang Allah. Bahkan tulisan mereka ini juga mendapatkan tempat di gereja secara luas, karena sejak holocaust, memang sulit untuk mengafirmasi tentang Allah yang menggenggam dunia dalam tangan-Nya. Bagaimana mungkin Allah yang berdaulat dan Mahatahu itu memelihara manusia dengan membiarkan kejahatan dan penderitaan merajalela di bumi? Di mana letak kebebasan manusia di dalam kedaulatan Allah yang Mahatahu itu telah mengatur semuanya itu terjadi demikian? Lalu, bagaimana mungkin Allah yang tidak berubah itu dapat membuat doa menjadi ada artinya di dalam pergumulan yang kita alami? Mereka melihat teisme klasik mencoba melarikan diri dari permasalahan bagaimana membuat misteri dari Allah yang berdaulat dengan providensia-Nya itu bisa sejalan dengan afirmasi Alkitab tentang tanggung jawab dan kebebasan manusia. Sebaliknya, open theism dengan berani mencoba menjawab permasalahan ketegangan antara kedaulatan Allah dan kehendak bebas manusia. Bagi mereka, open theism adalah paradigma baru yang superior secara biblika, historis, teologis, filosofis dan praktis. Dari apa yang sudah dipaparkan, penulis melihat permasalahan ini perlu untuk dibahas lebih dalam mengingat hal ini menyangkut pemahaman mengenai natur Allah dan relasi-Nya dengan manusia. Melalui pembahasan ini, penulis berharap dapat memiliki pemahaman yang lebih komprehensif dalam memberi jawab terhadap permasalahan ketegangan antara kedaulatan Allah dan kehendak bebas manusia. Lebih lanjut, pemahaman ini akan sangat berguna dalam usaha memberi jawaban terhadap masalah kejahatan atau penderitaan dan fungsi doa. Untuk mencapai tujuan ini, maka pada bagian kedua, penulis akan memaparkan pandangan open theism, kemudian pada bagian ketiga akan memberikan tanggapan dari beberapa teolog Kristen lainnya sehingga pada akhirnya nanti kita dapat mengambil kesimpulan apakah pandangan ini merupakan sebuah jawaban mengenai realitas kejahatan/penderitaan dan fungsi doa.
2012-04-01T00:00:00Z