S.Th.
http://repository.seabs.ac.id/handle/123456789/190
2024-03-28T20:53:07ZMetode Pengembangan Ibadah Liturgi di Gepembri Pekalongan Berdasarkan Eksposisi Mazmur 96 dan Implikasinya Terhadap Jemaat Gepembri Pekalongan
http://repository.seabs.ac.id/handle/123456789/1627
Metode Pengembangan Ibadah Liturgi di Gepembri Pekalongan Berdasarkan Eksposisi Mazmur 96 dan Implikasinya Terhadap Jemaat Gepembri Pekalongan
Fide, Apperentia
Ibadah hari Minggu adalah ibadah yang secara rutin dijalankan di gereja. Oleh sebab itu, Gepembri Pekalongan adalah salah satu gereja yang mengadakan ibadah hari Mnggu secara rutin. Gepembri Pekalongan menggunakan susunan liturgi untuk menjalankan ibadah mereka setiap Mnggu dan susunan liturgi tersebut berasal dari sinode Gepembri. Susunan liturgi tersebut dibuat pertama kali oleh Pdt. John Zachariah. Beliau adalah tokoh yang memberikan ciri khas dari liturgi Gepembri yaitu mengawali ibadah dengan “Suci, Suci, Suci.” Melalui hal ini, Pdt John Zachariah mengerti benar bahwa ibadah adalah untuk memuliakan Tuhan yang kudus. Seiring berjalannya zaman, pemahaman kekudusan Allah dari beliau memudar, khususnya di Gepembri Pekalongan. Jemaat tidak lagi memaknai ibadah sebagai waktu mereka memuliakan Tuhan yang kudus. Hal ini terlihat dari sikap jemaat yang tidak disiplin dalam beribadah, misalnya keterlambatan. Selain memudarnya disiplin dalam beribadah, ibadah hanya berjalan seadanya. Bahkan menurut survei, jemaat masih banyak yang tidak membagikan berita kekudusan Allah kepada orang di sekitar mereka.
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan solusi agar menjadikan jemaat Gepembri Pekalongan merespons kekudusan Allah sehingga berdampak terhadap lingkungan sekitar mereka untuk memenuhi Amanat Agung yang Allah perintahkan melalui ibadah.Untuk mencapai tujuan dari penelitian ini maka penulis menggunakan metode kepustakaan dalam meneliti sejarah liturgi Gepembri serta secara umum dan mengetahui latar belakang pembuatan liturgi ibadah. Kemudian penulis menggunakan metode eksposisi untuk mengupas Mazmur 96 sebagai dasar penulis untuk memberikan gambaran ibadah yang dikehendaki Tuhan.
Menurut sejarah dari liturgi, baik Gepembri maupun liturgi zaman ke zaman, keduanya sama-sama memberikan yang terbaik agar liturgi yang disusun dapat membuat jemaat memecahkan “kode teologi” dalam liturgi tersebut. Bahkan makna dari kata “liturgi” juga bersifat aktif bukan pasif. Dalam Mazmur 96, pemazmur juga mengajak bangsa Israel secara aktif menceritakan kemuliaan Allah kepada segala ciptaan-Nya, termasuk bangsa-bangsa yang tidak mengenalYHWH. Oleh sebab itu, penulis merancang ibadah liturgi yang membuat jemaat memecahkan “kode teologi” agar tujuan dari ibadah dapat tercapai.
2019-03-01T00:00:00ZStudi Tentang Missionary Care: Sebuah Upaya Untuk Meningkatkan Ketahanan Utusan Lintas Budaya Di Ladang
http://repository.seabs.ac.id/handle/123456789/1621
Studi Tentang Missionary Care: Sebuah Upaya Untuk Meningkatkan Ketahanan Utusan Lintas Budaya Di Ladang
Harefa, Devanda Abner Gantawan
Tuhan Yesus mengatakan bahwa segala kuasa di bumi telah diberikan kepada-Nya. Ia telah menjadi Tuan atas semua manusia di bumi dan menuntut agar para pengikut “tuan yang lain” bertobat dan menjadi pengikut-Nya. Inilah misi Yesus Kristus, yaitu semua bangsa menyembah Dia sebagai Tuhan dan Juru Selamat. Amanat Agung diberikan untuk memenuhi misi ini. Yesus memanggil dan memerintahkan para pengikut-Nya untuk pergi kepada suku-suku bangsa, mengabarkan Injil-Nya dan menjadikan mereka murid-Nya. Mereka berangkat meninggalkan daerah asal mereka dan melayani di daerah atau suku lain dengan tugas untuk memenangkan jiwa bagi Tuhan di sana. Mereka dikenal sebagai utusan lintas budaya (ULB).
Namun, melayani sebagai utusan misi lintas budaya bukanlah perkara mudah. Pelayanan misi adalah sebuah peperangan rohani melawan Iblis di teritorinya. Acapkali di ladang pelayanan, para utusan lintas budaya ini mengalami berbagai tantangan yang menyakitkan. Tantangan-tantangan ini, baik secara langsung maupun tidak langsung tentu saja berpengaruh pada kinerja pelayanan sehingga pelayanan mereka menjadi kurang efektif dan cenderung tidak sehat. Hal ini tentu akan berakibat buruk bagi kelangsungan pelayanan utusan lintas budaya karena akan membuat ketahanan mereka di ladang menjadi kendor. Orang percaya lainnya, yang tidak berangkat sebagai utusan lintas budaya dipanggil untuk menjalankan peran mereka sebagai pengutus, yaitu dengan menunjukkan kepedulian dan perhatian kepada utusan misi mereka.
Tujuan utama dari penulisan ini adalah melihat peran penting orang percaya sebagai anggota Tubuh Kristus guna mendukung pelayanan utusan misi lintas budaya. Peran itu diperkenalkan melalui pelayanan Missionary Care atau Member Care. Hipotesis dari tulisan ini adalah pelayanan member care kepada utusan misi lintas budaya diperlukan guna mendukung kinerja para utusan lintas budaya dan meningkatkan ketahanan mereka di ladang. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian pustaka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelayanan member care memberikan dampak terhadap peningkatan ketahanan pelayanan utusan misi lintas budaya di ladang. Oleh karena itu, orang percaya, secara khusus gereja dan badan misi pengutus, diimbau untuk bisa menerapkan pelayanan ini kepada utusan misi mereka. Implikasi dari penelitian ini adalah orang percaya dipanggil untuk menjalankan perannya melalui kepedulian dan perhatian mereka kepada utusan misi lintas budaya. Salah satu bentuk pelayanan kepedulian itu adalah melalui pelayanan Missionary Care atau Member Care ini.
2022-01-01T00:00:00ZTinjauan Historis dan Teologis terhadap Elemen Pengakuan Dosa dalam Ibadah dan Implikasinya dalam Ibadah Masa Kini
http://repository.seabs.ac.id/handle/123456789/1619
Tinjauan Historis dan Teologis terhadap Elemen Pengakuan Dosa dalam Ibadah dan Implikasinya dalam Ibadah Masa Kini
Santoso, Gabrielle Florencia
Elemen pengakuan dosa merupakan salah satu elemen yang umum ditemukan dalam ibadah, terutama dalam ibadah Injili maupun Reformed. Namun rupanya praktik ini rentan kurang dipahami maknanya. Miskonsepsi-miskonsepsi dan beberapa keberatan berkembang terkait dengan penggunaan praktik ini di dalam ibadah. Gereja pun seakan tidak memberikan pengajaran dan pemahaman yang tepat kepada jemaat berkaitan dengan penggunaan praktik ini. Akibatnya, jemaat maupun para perancang liturgi memiliki tendensi untuk meremehkan keberadaan dan penggunaan elemen ini di dalam ibadah. Elemen pengakuan dosa, yang menjadi warisan iman dari bapa-bapa gereja serta memiliki nilai teologis yang penting, tidak lagi menjadi sebuah kepentingan, melainkan hanya opsi di dalam ibadah.
Penelitian ini bertujuan untuk meninjau signifikansi praktik pengakuan dosa dalam ibadah komunal. Melalui tinjauan historis dan teologis, maka jemaat dan para perancang ibadah diharapkan dapat memiliki pemahaman yang tepat mengenai elemen pengakuan dosa dan memaknai penggunaan elemen pengakuan dosa dengan tepat di dalam ibadah. Hipotesis dari penelitian ini adalah bahwa elemen pengakuan dosa merupakan sebuah respons alamiah yang timbul dari hati manusia ketika berhadapan dengan kekudusan Allah dalam ibadah. Selain itu, momen pengakuan dosa menjadi momen rekonsiliasi bagi jemaat, baik dengan Allah, sesama, diri sendiri, maupun ciptaan.
Untuk mencapai hipotesis yang diinginkan, penelitian ini akan meninjau praktik pengakuan dosa dari dua aspek yaitu aspek historis dan aspek teologis. Dengan melihat perkembangan penggunaan praktik pengakuan dosa dalam sejarah liturgi Kristen, serta meninjau doktrin-doktrin yang berkaitan erat dengan elemen ini, maka penelitian ini akan menunjukkan bahwa elemen pengakuan dosa merupakan elemen yang signifikan, baik dalam ibadah, maupun dalam kehidupan orang percaya secara personal dan komunal. Setelah memperhatikan signifikansi yang ada, maka para perancang ibadah dapat memperhatikan dan membuat alur liturgi pengakuan dosa supaya jemaat dapat memaknai elemen ini dengan tepat.
2021-11-01T00:00:00ZKonsep Anugerah dan Kebenaran yang Berimbang dan Implikasinya terhadap Keselamatan Orang Kristen yang Bunuh Diri
http://repository.seabs.ac.id/handle/123456789/1618
Konsep Anugerah dan Kebenaran yang Berimbang dan Implikasinya terhadap Keselamatan Orang Kristen yang Bunuh Diri
Suryanto
Anugerah adalah sebuah kata yang tidak asing bagi kita semua orang Kristen. Kita sering menyebutnya dan juga mendengar kata anugerah. Namun karena sering itu juga, kita semua dianggap sudah mengerti akan kata tersebut dan tidak perlu dijelaskan lagi. Hal ini mengakibatkan banyak orang Kristen yang tidak mengerti konsep anugerah yang benar.
Kita hanya sekedar tahu bahwa anugerah itu adalah pemberian Tuhan, padahal kata anugerah itu sendiri sebenarnya mempunyai makna yang luas sekali. Sedemikian luasnya sehingga sering kali untuk menjelaskannya “diperlukan” kata tambahan lain. Kata yang paling banyak “ditambahkan” kepada kata anugerah itu adalah kata kebenaran. Hal ini menunjukkan bahwa aspek yang paling penting dari anugerah adalah aspek kebenaran.
Anugerah dan kebenaran juga selalu berdampingan dan tidak bisa berdiri sendiri-sendiri. Keduanya tidak dapat dipisahkan dan saling melengkapi satu sama lain. Konsep anugerah yang benar adalah konsep anugerah yang disertai dengan kebenaran, yaitu konsep anugerah dan kebenaran yang berimbang yang terdapat di dalam Yohanes 1:14-17. Konsep anugerah dan kebenaran ini juga harus dilakukan secara seimbang, tanpa mengabaikan salah satu aspeknya. Mengabaikan salah satu aspeknya sama saja dengan mengabaikan seluruhnya.
Orang Kristen yang sudah percaya Yesus tetapi kemudian melakukan tindakan bunuh diri adalah orang yang sudah mendapatkan anugerah Tuhan namun tidak hidup dalam kebenaran. Mengatakan orang tersebut masih masuk surga adalah sebuah pernyataan yang tidak sesuai dengan kebenaran firman Tuhan. Hal ini dikarenakan ada banyak sekali aspek kebenaran yang dilanggar ketika orang tersebut melakukan tindakan bunuh diri. Oleh karenanya, berdasarkan konsep anugerah dan kebenaran yang berimbang ini, orang tersebut tidak masuk surga.
2021-12-01T00:00:00Z