Veritas 04/2 (Oktober 2003)http://repository.seabs.ac.id/handle/123456789/732024-03-29T07:23:13Z2024-03-29T07:23:13ZPerspektif Alkitab untuk Kehidupan Remaja KristenKuswanto, Corneliushttp://repository.seabs.ac.id/handle/123456789/1052019-01-04T04:11:31Z2003-10-01T00:00:00ZPerspektif Alkitab untuk Kehidupan Remaja Kristen
Kuswanto, Cornelius
Agustinus, salah seorang bapak gereja, dilahirkan di Tagaste (sekarang di wilayah Algeria) pada tahun 354. Ibunya yang bernama Monika adalah seorang Kristen yang saleh sedangkan Patrik, ayahnya, adalah seorang kafir yang mempunyai sifat pemarah dan pemabuk. Agustinus dipengaruhi oleh kehidupan ayahnya dan menjadi seorang remaja yang hidup menuruti hawa nafsunya. Pada masa mudanya, selain pandai menghafal Agustinus juga pandai berdusta, berkelahi, mencuri dan main perempuan. Ia pernah hidup bersama seorang wanita muda selama 13 tahun di luar nikah, dan dari hubungan asusila ini lahirlah seorang anak laki-laki. Namun syukur kepada Tuhan karena melalui pembacaan surat Roma 13:13-14 yang berkata: “Marilah kita hidup dengan sopan, seperti pada siang hari, jangan dalam pesta pora dan kemabukan, jangan dalam percabulan dan hawa nafsu, jangan dalam perselisihan dan iri hati. Tetapi kenakanlah Tuhan Yesus Kristus sebagai perlengkapan senjata terang dan janganlah merawat tubuhmu untuk memuaskan keinginannya,” Agustinus bertobat. Agustinus yang belum bertobat adalah Agustinus yang hidup mengikuti hawa nafsu sendiri, merugikan orang lain, hanyut dalam kenikmatan dunia dan tidak takut Tuhan. Agustinus yang sudah bertobat adalah Agustinus yang hidup dalam kekudusan, menjadi berkat bagi orang lain, meninggalkan kenikmatan dunia dan takut akan Tuhan serta mengasihi firman-Nya. Jika Tuhan sudah menyatakan kemurahan-Nya terhadap Agustinus melalui firman Tuhan yang dibacanya di kitab Roma 13:13-14, biarlah Tuhan juga menyatakan kemurahan-Nya pada kita melalui topik “Perspektif Alkitab untuk Kehidupan Remaja Kristen.” Apakah perspektif Alkitab untuk kehidupan remaja Kristen?
2003-10-01T00:00:00ZSebuah Tinjauan terhadap Teologi Feminisme KristenLie, Ing-Sianhttp://repository.seabs.ac.id/handle/123456789/1042019-01-04T03:58:01Z2003-04-01T00:00:00ZSebuah Tinjauan terhadap Teologi Feminisme Kristen
Lie, Ing-Sian
Apakah sebenarnya teologi feminis itu? Mengapa teologi ini mendapat banyak kritik di sana-sini? Apakah teologi ini mendapat dukungan yang cukup dari Alkitab sebagai sumber teologi Kristen yang berotoritas? Untuk menjawab pertanyaan ini pada halaman-halaman berikut secara singkat kita akan mencoba mendefinisikan feminisme Kristen kemudian mempelajari bagaimana pandangan feminisme terhadap Alkitab serta metode berteologinya. Mengingatnya luasnya lingkup feminis maka pembahasan difokuskan pada teologi feminis Kristen liberal yang diwakili oleh Rosemary Radford Ruether, Letty M. Russell dan Elizabeth Schüssler Fiorenza. Namun sebelum masuk ke dalam pembahasan tersebut pada bagian berikut akan kita telusuri lebih dahulu latar belakang historisnya guna lebih memahami pandangan ini.
2003-04-01T00:00:00ZMembangun Gereja Secara Integratif-Ilahi-Insani Selaku Umat Allah-Tubuh Kristus-Bait Roh Kudus : Suatu Analisis terhadap Teologi O. E. Costas mengenai Pertumbuhan Holistik GerejaTingginehe, Martin Lutherhttp://repository.seabs.ac.id/handle/123456789/1032019-02-04T08:09:40Z2003-10-01T00:00:00ZMembangun Gereja Secara Integratif-Ilahi-Insani Selaku Umat Allah-Tubuh Kristus-Bait Roh Kudus : Suatu Analisis terhadap Teologi O. E. Costas mengenai Pertumbuhan Holistik Gereja
Tingginehe, Martin Luther
Seiring dengan merebaknya isu pertumbuhan gereja, salah satu wujud tanggung jawab kita sebagai saksi Kristus dan pelayan injil adalah mengenali, menilai serta menyikapi berbagai konsep pertumbuhan gereja yang ada. Melalui tulisan ini kita akan mencermati konsep pertumbuhan holistik gereja dari Orlando E. Costas yang tertuang dalam buku-bukunya, The Church and Its Mission: A Shattering Critique from the Third World, The Integrity of Mission dan sebuah artikel berjudul “A Wholistic Concept of Church Growth.” Konsep ini menarik, baik dan layak dicermati karena dinilai kritis, kontekstual dan injili-integral-aplikatif. “Kritis” berarti bahwa ia juga mengkritisi atau menyoroti secara tajam isu kekinian pertumbuhan gereja. Yang dimaksud kontekstualk adalah pemikirannya “mengena” bagi gereja Indonesia. Sedangkan “injili-holistik-aplikatif” menunjuk pada jiwa misi injili (pendekatan misiologis yang alkitabiah menurut penekanan Kristen injili), berupaya melihat isu secara utuh-padu-antero, dan bisa diterapkan hingga tingkat lokal. Riwayat Costas akan mendahului penyajian garis besar teologinya. Pada bagian selanjutnya akan dibahas analisis pemikirannya untuk membantu kita lebih menghayati konsep pandangannya.
2003-10-01T00:00:00ZDi Manakah Orang-Orang yang Telah Meninggal Dunia Berada ? : Sebuah Studi Mengenai Intermediate StateSolihin, Bennyhttp://repository.seabs.ac.id/handle/123456789/1022019-01-04T04:27:59Z2003-10-01T00:00:00ZDi Manakah Orang-Orang yang Telah Meninggal Dunia Berada ? : Sebuah Studi Mengenai Intermediate State
Solihin, Benny
Perjanjian Baru mengajarkan bahwa orang-orang yang telah mati akan dibangkitkan pada waktu kedatangan Kristus kedua kali. Pertanyaan yang segera muncul atas pengajaran Alkitab ini adalah, “Di manakah mereka selama kurun waktu antara kematian mereka dan kedatangan Tuhan Yesus kedua kali?” Dengan perkataan lain, “Di manakah jiwa mereka menunggu selama waktu itu?” Wajar bila kita berpikir bahwa mereka ada di suatu tempat di dalam periode antara kematian dan kebangkitan mereka. Masa atau keadaan itu disebut dengan istilah “intermediate state.” Istilah ini diciptakan oleh para teolog untuk menjelaskan dengan tepat ruang dan waktu yang bersifat sebagai antara dan sementara. Kata sifat “intermediate” mengacu pada suatu kurun waktu tertentu sedangkan kata benda “state” berarti suatu kondisi manusia di bawah keadaan tertentu. Jadi, konsepsi ini secara keseluruhan menyatakan keadaan orang-orang mati dalam masa antara kematian dan kebangkitan mereka, dalam hal ini juga mencakup pertanyaan-pertanyaan yang timbul seperti: Dalam kurun waktu itu, di manakah orang-orang yang sudah meninggal dunia menunggu? Apakah mereka masih hidup? Apakah mereka sadar dan tahu siapa diri mereka? Apa yang mereka lakukan? Apakah mereka sudah menerima hukuman atau pahala, atau masih dalam keadaan netral: tanpa hukuman atau pahala? Lalu bagaimana dengan roh mereka? Jiwa mereka? Pertanyaan-pertanyaan yang penting ini dapat muncul begitu saja dalam diri kita. Tentu jawaban pertanyaan ini dapat memberikan kepada kita suatu pengharapan yang besar atau sebaliknya, kekecewaan yang mendalam. Sayangnya, kebanyakan kita tidak mempunyai pengertian yang jelas tentang doktrin ini. ... Artikel ini adalah suatu usaha untuk menyelidiki apa yang sesungguhnya Alkitab katakan tentang pengajaran intermediate state. Tujuannya adalah guna mendapatkan pengertian yang lebih jelas tentang hal tersebut sehingga kita mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan penting yang datang dari mereka yang memerlukan kepastian dan kekuatan di tengah-tengah dukacita mereka. Alur penulisan artikel ini adalah sebagai berikut: Pertama kita akan melihat beberapa pandangan tentang doktrin intermediate state, tanpa memberi komentar apa pun terhadap pandangan-pandangan itu. Kemudian, kita akan mencoba mengerti beberapa bagian Alkitab yang sering disebut-sebut sebagai dasar pengajaran intermediate state. Terakhir, kita akan melihat kesimpulan dan komentar atas beberapa pandangan tentang intermediate state yang akan menutup tulisan ini.
2003-10-01T00:00:00Z