Veritas 08/1 (April 2007)http://repository.seabs.ac.id/handle/123456789/1422024-03-29T07:03:16Z2024-03-29T07:03:16ZTetap Bersukacita di Masa SukarWibowo, Timotiushttp://repository.seabs.ac.id/handle/123456789/1522019-01-28T07:22:03Z2007-04-01T00:00:00ZTetap Bersukacita di Masa Sukar
Wibowo, Timotius
Naskah khotbah
2007-04-01T00:00:00ZBlended Worship : Sebuah Alternatif Model Ibadah KekinianSetiawan, Andrew Abdihttp://repository.seabs.ac.id/handle/123456789/1512019-01-28T08:09:27Z2007-04-01T00:00:00ZBlended Worship : Sebuah Alternatif Model Ibadah Kekinian
Setiawan, Andrew Abdi
Belakangan ini, blended worship (BW) mulai digandrungi oleh gereja-gereja injili. Salah satu alasan umum adalah karena BW dapat merangkul ibadah tradisional dan kontemporer sehingga ibadah dapat menjadi lebih inklusif. Artinya, jemaat yang lebih menyukai ibadah tradisional dan jemaat yang lebih menyukai ibadah kontemporer akan dapat bersatu dalam satu atap gereja. Tapi pertanyaannya, aspek apakah yang dirangkul oleh BW? Umumnya, orang akan menjawab bahwa BW adalah ibadah yang mengombinasikan antara musik tradisional dan musik kontemporer. Contohnya, lagu himne yang biasanya diiringi dengan piano atau organ, maka dalam BW lagu tersebut bisa diiringi dengan alat-alat musik modern, seperti drum, gitar elektrik, dan sebagainya. Dari pandangan umum yang demikian, kita melihat bahwa acap kali orang Kristen memahami BW pada gaya (style) musiknya. Pertanyaannya, apakah benar BW memiliki titik berat utama pada sebuah gaya musik? Artikel kali ini akan menjawab pertanyaan tersebut dengan memaparkan informasi-informasi yang memadai seputar BW sehingga kita dapat memahami apa yang menjadi tekanan utama model ibadah tersebut.
2007-04-01T00:00:00ZBohong Putih Ditinjau dari Perspektif Etika Kristen dan Pengajaran AlkitabFu, Timotiushttp://repository.seabs.ac.id/handle/123456789/1502019-02-08T03:59:34Z2007-04-01T00:00:00ZBohong Putih Ditinjau dari Perspektif Etika Kristen dan Pengajaran Alkitab
Fu, Timotius
Perintah kesembilan ... menjadi pedoman utama untuk menjaga pemakaian lidah agar tidak melanggar kekudusan hidup.
W. H. Gispen menegaskan bahwa titah kesembilan ini mencakup semua spektrum dosa yang ditimbulkan oleh penyalahgunaan lidah manusia. Ini berarti bahwa larangan untuk mengucapkan saksi dusta tidak hanya mencakup konteks kesaksian seseorang di dalam pengadilan, tetapi juga mencakup semua jenis kebohongan yang ditimbulkan oleh ketidakjujuran karena ketidakmampuan untuk menguasai lidah. Beberapa ahli mengelompokkan bentuk-bentuk dosa yang melanggar titah kesembilan menjadi beberapa kategori. J. Douma mengategorikan dosa karena lidah ke dalam bentuk-bentuk berikut: memfitnah, gosip, menghakimi (dengan kasar), berbohong (yang terdiri dari bohong yang jahat, bohong yang lucu, bohong yang darurat, dan bohong putih), dan memutarbalikkan perkataan orang lain. Sedangkan J. Verkuyl mengelompokkan kebenaran dan kebohongan dalam penggunaan lidah menjadi delapan dimensi, yakni: di depan hakim; dalam kehidupan umum; dalam diplomasi; dalam percakapan; dalam melaporkan kenyataan dan keadaan; dalam mendidik anak-anak; dalam sopan santun; dan dalam keadaan darurat. Makalah ini akan secara khusus menyorot dan membahas salah satu kategori yang dimunculkan oleh dua ahli etika di atas, yakni bohong putih yang oleh Douma diistilahkan menjadi polite lie atau white lie (yang sering diterjemahkan menjadi bohong yang sopan) dan oleh Verkyul disebut bohong diplomasi atau bohong yang sopan. Untuk keseragaman, makalah ini akan memakai istilah “bohong putih” untuk mewakili konsep tersebut. Tulisan ini akan menggunakan pengajaran Alkitab untuk menyorot pandangan dan argumentasi para ahli etika mengenai pokok bahasan tersebut, sehingga di akhir makalah dapat ditemukan jawaban yang alkitabiah sebagai penuntun bagi orang percaya dalam kehidupan sehari-hari.
2007-04-01T00:00:00ZKata Jamak Intensif : Keindahan yang Hilang di dalam Terjemahan AlkitabMaleachi, Martus A.http://repository.seabs.ac.id/handle/123456789/1492019-02-07T07:42:29Z2007-04-01T00:00:00ZKata Jamak Intensif : Keindahan yang Hilang di dalam Terjemahan Alkitab
Maleachi, Martus A.
Traduttore traditore adalah ungkapan dalam bahasa Latin yang digunakan oleh Moises Silva pada waktu memulai artikelnya mengenai tugas yang sulit dari seorang penerjemah. Ungkapan tersebut berarti “seorang penerjemah adalah seorang penghianat” (a translator is a traitor). Walaupun kedengarannya kurang baik, tetapi ungkapan tersebut sangat tepat untuk menggambarkan bahwa menerjemahkan secara akurat dan enak dibaca adalah suatu upaya yang tidak mudah. Kesulitan ini bertambah jika kita mengingat bahwa setiap terjemahan pada hakekatnya adalah suatu penafsiran. Dengan kata lain, pemahaman dan pengertian seorang penerjemah dalam suatu bahasa memegang peranan yang besar dalam suatu terjemahan. Hal ini terefleksi di dalam penerjemahan kata benda jamak intensif (PI) dari bahasa Ibrani Alkitab ke dalam bahasa lain.
Pemahaman bahwa kata benda jamak dalam bahasa Ibrani memiliki pengertian intensif dengan berbagai aspeknya telah didiskusikan oleh Aaron Ember pada tahun 1905. Selain dari artikel tersebut, banyak buku-buku tata bahasa Ibrani ataupun artikel-artikel di dictionary memiliki bagian yang mendiskusikan PI ini. Walaupun demikian, PI belum diterjemahkan secara tepat baik di dalam terjemahan bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris. Banyak terjemahan yang menerjemahkan PI sebagai kata tunggal atau jamak tanpa menambahkan kata sifat yang memberikan nuansa keindahan bahasa Ibrani Alkitab ini. Penerjemahan PI sebagai kata benda tunggal menggambarkan pengertian dari para penerjemah bahwa PI memiliki pengertian tunggal. Sedangkan penerjemahan sebagai kata benda jamak menunjukkan bahwa penerjemah berusaha untuk setia kepada teks. Kedua macam penerjemahan ini dapat dikatakan telah kehilangan keindahan dari salah satu unsur yang penting dari Perjanjian Lama. Tujuan dari tulisan ini adalah untuk mengajak pembaca untuk meneliti PI di dalam bahasa Ibrani Alkitab dengan harapan agar kita semua dapat melihat keindahan firman Tuhan. Penulis tidak akan mengemukakan suatu pengertian yang baru mengenai PI ataupun memberikan suatu penelitian yang menyeluruh tentang pemakaiannya di seluruh Perjanjian Lama melainkan memfokuskan kepada pengenalan, pengelompokan, dan penerapan PI di dalam penerjemahan Alkitab.
2007-04-01T00:00:00Z